Tulisan Aneh
Sesiang ini, Leon masih terbaring di sofa dengan gaya tidur yang super aneh. Kaki di atas sofa dan kepala menjuntai ke bawah. Masih tercium bau alkohol dari mulutnya yang mungil, sisa pesta tadi malam. Pesta perayaan Valentine ala pemuda-pemudi Kota Seoul, Korea Selatan. Semalam, memang puncaknya perayaan Valentine di ibu kota Negeri Gingseng tersebut, tak terkecuali Leon.
Dengan kondisi setengah tidak sadar, tubuhnya menggeliat, melirik arloji di tangan kirinya. Samar-samar matanya menangkap arah jarum jam. Dan bagai tersengat listrik ribuan watt, matanya terbelalak, kesadarannya seketika pulih 100%.
“Oh my God! Bagaimana ini? Apa yang harus aku lakukan? 30 menit lagi. 30 menit lagi. 30 menit lagi!” Kisruh, Leon langsung bangun seraya memegang kepalanya yang masih pusing dan sadar akan keadaan di sekitarnya. Botol miras, kulit kacang, puntung rokok, dan bungkus snack-snack makanan berserakan di mana-mana. Ruang tengah yang menjadi “ruang utama” pesta semalam, kini terlihat seperti lautan sampah. Super berantakan.
Leon buru-buru lari menuju dapur, berpikir cepat, dan “AAUUWWW,,,” lutut kakinya tak sengaja “mencium” ujung meja. Sambil meringis kesakitan, Leon melanjutkan langkahnya, segera mengambil sapu dan kawan-kawannya. Sekembalinya Leon dari dapur dan kembali ke ruang tengah, kesadarannya meningkat dua kali lipat dari sebelumnya.
“Ahhh,,, bagaimana aku membersihkan semuanya ini sendirian? Bagaimana aku harus memulainya? Ya Tuhan,,,” gerutunya dalam hati, sambil melihat seberapa besar kekacauan yang telah dibuatnya semalam. “Baiklah, baiklah. Aku akan melakukannya. Hufth!” ucap Leon pada dirinya sendiri, meniup poni, dan mulai bekerja.
30 menit berlalu. Semuanya telah rapi seperti sedia kala. BERSIH. “Akhirnya…” ucap Leon setengah membatin, perlahan menjatuhkan pantatnya ke atas sofa tempat ia tertidur tadi, lega. Tak berapa lama, Kring,,, kring,,, kring,,, Telpon rumah berdering. Tangan Leon sigap menyambar gagang telpon di sampingnya.
“Halo.“ ucap Leon membuka percakapan.
“Halo Leon.” Balas wanita di seberang telpon.
“Ya Mum, ada apa?” Ternyata yang menelpon adalah Mama Leon. “Mum” atau “Mummy” adalah panggilan Leon untuk Mamanya. Sedangkan untuk Papanya, Leon memanggil “Duddy”.
“Begini Leon, ternyata Mummy and Duddy tidak jadi pulang hari ini. Jadwal pesawat ditunda karena cuaca buruk. Kamu tahu sendiri kan di London sedang ada badai salju sekarang. Jadi, tolong jaga rumah ya.” Jelas Mummy dengan suara sedikit dikeraskan, menyeimbangi suara latar di bandara yang sedang ricuh karena penumpukan penumpang.
“Oh gitu Mum. Yahh,,, “ ucap Leon dengan nada kecewa. Bukan, bukan karena orangtuanya batal pulang hari ini Leon jadi kecewa, tapi karena sudah capek-capek dia membersihkan rumah, orangtuanya tidak jadi datang. “Tahu begitu, mending tadi aku lanjut tidur aja.” Gumamnya dalam hati.
“Maaf ya Leon. Mummy juga inginnya pulang hari ini. Tapi gimana lagi.” Tentu saja Mummy tidak tahu kejadian yang sebenarnya. Mummy dan Duddy hanya tahu, Leon, anaknya yang baru berumur 19 tahun, pasti sedang sibuk belajar untuk persiapan memasuki universitas.
“Iya Mum, Gak papa. Salam buat Duddy.”
“Ok sayang. Udah dulu ya. Bye sayang.” Ucap Mummy mengakhiri telponnya.
“Bye, Mum.”
Tutt,,, tutt,,, tutt,,,
Telpon terputus.
***
Leonard Han Mclarren alias Leon, anak tunggal dari pasangan kaya raya Mr. Young Jung Han yang berasal dari Korea Selatan dan Mrs. Christina McLarren yang berasal dari Inggris. Mata sipit namun beralis tebal, dan berkulit putih cemerlang, cukup menandakan bahwa ia merupakan hasil dari perkawinan campuran. Meski gen sang Duddy jelas lebih mendominasi di sana.
Duddy Leon, Mr.Han adalah seorang politisi salah satu partai di Korsel. Sedangkan Mummy adalah seorang Konsultan Kesehatan sekaligus Direktur Utama Majalah Kesehatan terkemuka Inggris, Body Health. Keduanya bertemu dalam salah satu kongres United Nations (PBB), Eradication of Narcotic Drugs for the World Community (Pemberantasan Narkotika bagi Masyarakat Dunia). Untuk bagian ini, nanti ada babnya tersendiri. ^_^
Kecintaan kedua orangtua Leon terhadap kebudayaan Korea, membuat mereka memilih berdomisili di Korea setelah menikah. Maka, Leon pun tumbuh di tengah masyarakat Korea dengan segala budaya. Termasuk perayaan Valentine yang baru saja dilakukan Leon semalam.
Mummy dan Duddy tentu saja tidak masalah kalau Leon merayakan Valentine Day. Hal itu lumrah dilakukan pemuda-pemudi Korea. Namun, tentu saja tidak dengan merayakannya di rumah. Membuat rumah dan seisinya bagai kapal pecah. Plus, walau mereka adalah keluarga dengan budaya bebas, alkohol atau arak sama sekali tidak diperbolehkan dalam keluarga mereka. “Alkohol akan membuatmu hilang akal, Leon!” Begitu Mummy selalu menjawab saat Leon bertanya mengapa dia tidak diperbolehkan mencobanya. Leon selalu berpikir mungkin karena Mummy seorang konsultan kesehatan, jadi wajar jika Mummy melarangnya.
Namun, hasratnya sebagai seorang pemuda tak tertahan lagi saat peluang itu hadir. Tepat di hari Valentine, Mummy dan Duddy tiba-tiba harus pergi ke London, menjenguk Nenek Leon, Ibu dari Mrs. Han yang sedang sakit. Dengan alasan harus serius belajar untuk persiapan memasuki Universitas, Leon meminta tidak ikut pergi. Berhasil. Mummy dan Duddy mengizinkan.
Saat orangtuanya berpikir Leon sedang asik belajar, saat itu pula Leon justru sedang asik berpesta ria, merayakan Valentine Day. Tentu saja ini kesempatan bagi Leon untuk menikmati ‘nikmatnya’ minuman alkohol, tanpa ada yang melarang. Maka, pesta pun dimulai.
Leon sudah memprediksikan sebelumnya, bahwa pesta akan berakhir esok paginya. Sehingga Leon bisa mempersiapkan kedatangan Mummy dan Duddy dari London tepat siang harinya. Ya, pesta memang berakhir, teman-teman Leon pulang saat subuh menjelang. Bahkan, Leon tak sadar kapan tepatnya ‘tamu’ terakhir pulang. Pengaruh alkohol membuat Leon ‘tak sadarkan diri’ hingga menjelang siang. Sampai akhirnya Leon terbangun dan sadar kalau orangtuanya sebentar lagi akan tiba di rumah. Panik, Leon buru-buru membersihkan sisa pesta. Namun ternyata orangtuanya tidak jadi pulang. Kali ini, Leon selamat.
***
Leon bingung harus melakukan apa untuk menghabisi sisa harinya. Tidur? Ah,,, minatnya untuk tidur sudah hilang sejak mulai bersih-bersih tadi. Akhirnya, Leon memutuskan untuk mandi, menyegarkan sedikit raganya. Siapa tahu, sehabis mandi badannya menjadi segar dan bergairah untuk melakukan aktivitas ke luar. Berjalan menuju kamarnya di lantai atas, langkahnya tertahan, matanya sempurna tertuju ke suatu benda di rak bawah tangga.
“Apa ini? Sebuah simbol? Tulisan kah?” tanyanya pada diri sendiri sambil memegang benda yang dimaksud, “Benar-benar aneh. Aku belum pernah melihat benda ini sebelumnya.”
Merasa tertarik dengan benda tersebut, Leon pun membawanya ke dalam kamar. “Kira-kira, ini apa ya? Tulisan di dalamnya benar-benar aneh, tapi sangat unik dan menarik.” Ucap Leon sambil tersenyum.
- = B E R S A M B U N G= -
Sesiang ini, Leon masih terbaring di sofa dengan gaya tidur yang super aneh. Kaki di atas sofa dan kepala menjuntai ke bawah. Masih tercium bau alkohol dari mulutnya yang mungil, sisa pesta tadi malam. Pesta perayaan Valentine ala pemuda-pemudi Kota Seoul, Korea Selatan. Semalam, memang puncaknya perayaan Valentine di ibu kota Negeri Gingseng tersebut, tak terkecuali Leon.
Dengan kondisi setengah tidak sadar, tubuhnya menggeliat, melirik arloji di tangan kirinya. Samar-samar matanya menangkap arah jarum jam. Dan bagai tersengat listrik ribuan watt, matanya terbelalak, kesadarannya seketika pulih 100%.
“Oh my God! Bagaimana ini? Apa yang harus aku lakukan? 30 menit lagi. 30 menit lagi. 30 menit lagi!” Kisruh, Leon langsung bangun seraya memegang kepalanya yang masih pusing dan sadar akan keadaan di sekitarnya. Botol miras, kulit kacang, puntung rokok, dan bungkus snack-snack makanan berserakan di mana-mana. Ruang tengah yang menjadi “ruang utama” pesta semalam, kini terlihat seperti lautan sampah. Super berantakan.
Leon buru-buru lari menuju dapur, berpikir cepat, dan “AAUUWWW,,,” lutut kakinya tak sengaja “mencium” ujung meja. Sambil meringis kesakitan, Leon melanjutkan langkahnya, segera mengambil sapu dan kawan-kawannya. Sekembalinya Leon dari dapur dan kembali ke ruang tengah, kesadarannya meningkat dua kali lipat dari sebelumnya.
“Ahhh,,, bagaimana aku membersihkan semuanya ini sendirian? Bagaimana aku harus memulainya? Ya Tuhan,,,” gerutunya dalam hati, sambil melihat seberapa besar kekacauan yang telah dibuatnya semalam. “Baiklah, baiklah. Aku akan melakukannya. Hufth!” ucap Leon pada dirinya sendiri, meniup poni, dan mulai bekerja.
30 menit berlalu. Semuanya telah rapi seperti sedia kala. BERSIH. “Akhirnya…” ucap Leon setengah membatin, perlahan menjatuhkan pantatnya ke atas sofa tempat ia tertidur tadi, lega. Tak berapa lama, Kring,,, kring,,, kring,,, Telpon rumah berdering. Tangan Leon sigap menyambar gagang telpon di sampingnya.
“Halo.“ ucap Leon membuka percakapan.
“Halo Leon.” Balas wanita di seberang telpon.
“Ya Mum, ada apa?” Ternyata yang menelpon adalah Mama Leon. “Mum” atau “Mummy” adalah panggilan Leon untuk Mamanya. Sedangkan untuk Papanya, Leon memanggil “Duddy”.
“Begini Leon, ternyata Mummy and Duddy tidak jadi pulang hari ini. Jadwal pesawat ditunda karena cuaca buruk. Kamu tahu sendiri kan di London sedang ada badai salju sekarang. Jadi, tolong jaga rumah ya.” Jelas Mummy dengan suara sedikit dikeraskan, menyeimbangi suara latar di bandara yang sedang ricuh karena penumpukan penumpang.
“Oh gitu Mum. Yahh,,, “ ucap Leon dengan nada kecewa. Bukan, bukan karena orangtuanya batal pulang hari ini Leon jadi kecewa, tapi karena sudah capek-capek dia membersihkan rumah, orangtuanya tidak jadi datang. “Tahu begitu, mending tadi aku lanjut tidur aja.” Gumamnya dalam hati.
“Maaf ya Leon. Mummy juga inginnya pulang hari ini. Tapi gimana lagi.” Tentu saja Mummy tidak tahu kejadian yang sebenarnya. Mummy dan Duddy hanya tahu, Leon, anaknya yang baru berumur 19 tahun, pasti sedang sibuk belajar untuk persiapan memasuki universitas.
“Iya Mum, Gak papa. Salam buat Duddy.”
“Ok sayang. Udah dulu ya. Bye sayang.” Ucap Mummy mengakhiri telponnya.
“Bye, Mum.”
Tutt,,, tutt,,, tutt,,,
Telpon terputus.
***
Leonard Han Mclarren alias Leon, anak tunggal dari pasangan kaya raya Mr. Young Jung Han yang berasal dari Korea Selatan dan Mrs. Christina McLarren yang berasal dari Inggris. Mata sipit namun beralis tebal, dan berkulit putih cemerlang, cukup menandakan bahwa ia merupakan hasil dari perkawinan campuran. Meski gen sang Duddy jelas lebih mendominasi di sana.
Duddy Leon, Mr.Han adalah seorang politisi salah satu partai di Korsel. Sedangkan Mummy adalah seorang Konsultan Kesehatan sekaligus Direktur Utama Majalah Kesehatan terkemuka Inggris, Body Health. Keduanya bertemu dalam salah satu kongres United Nations (PBB), Eradication of Narcotic Drugs for the World Community (Pemberantasan Narkotika bagi Masyarakat Dunia). Untuk bagian ini, nanti ada babnya tersendiri. ^_^
Kecintaan kedua orangtua Leon terhadap kebudayaan Korea, membuat mereka memilih berdomisili di Korea setelah menikah. Maka, Leon pun tumbuh di tengah masyarakat Korea dengan segala budaya. Termasuk perayaan Valentine yang baru saja dilakukan Leon semalam.
Mummy dan Duddy tentu saja tidak masalah kalau Leon merayakan Valentine Day. Hal itu lumrah dilakukan pemuda-pemudi Korea. Namun, tentu saja tidak dengan merayakannya di rumah. Membuat rumah dan seisinya bagai kapal pecah. Plus, walau mereka adalah keluarga dengan budaya bebas, alkohol atau arak sama sekali tidak diperbolehkan dalam keluarga mereka. “Alkohol akan membuatmu hilang akal, Leon!” Begitu Mummy selalu menjawab saat Leon bertanya mengapa dia tidak diperbolehkan mencobanya. Leon selalu berpikir mungkin karena Mummy seorang konsultan kesehatan, jadi wajar jika Mummy melarangnya.
Namun, hasratnya sebagai seorang pemuda tak tertahan lagi saat peluang itu hadir. Tepat di hari Valentine, Mummy dan Duddy tiba-tiba harus pergi ke London, menjenguk Nenek Leon, Ibu dari Mrs. Han yang sedang sakit. Dengan alasan harus serius belajar untuk persiapan memasuki Universitas, Leon meminta tidak ikut pergi. Berhasil. Mummy dan Duddy mengizinkan.
Saat orangtuanya berpikir Leon sedang asik belajar, saat itu pula Leon justru sedang asik berpesta ria, merayakan Valentine Day. Tentu saja ini kesempatan bagi Leon untuk menikmati ‘nikmatnya’ minuman alkohol, tanpa ada yang melarang. Maka, pesta pun dimulai.
Leon sudah memprediksikan sebelumnya, bahwa pesta akan berakhir esok paginya. Sehingga Leon bisa mempersiapkan kedatangan Mummy dan Duddy dari London tepat siang harinya. Ya, pesta memang berakhir, teman-teman Leon pulang saat subuh menjelang. Bahkan, Leon tak sadar kapan tepatnya ‘tamu’ terakhir pulang. Pengaruh alkohol membuat Leon ‘tak sadarkan diri’ hingga menjelang siang. Sampai akhirnya Leon terbangun dan sadar kalau orangtuanya sebentar lagi akan tiba di rumah. Panik, Leon buru-buru membersihkan sisa pesta. Namun ternyata orangtuanya tidak jadi pulang. Kali ini, Leon selamat.
***
Leon bingung harus melakukan apa untuk menghabisi sisa harinya. Tidur? Ah,,, minatnya untuk tidur sudah hilang sejak mulai bersih-bersih tadi. Akhirnya, Leon memutuskan untuk mandi, menyegarkan sedikit raganya. Siapa tahu, sehabis mandi badannya menjadi segar dan bergairah untuk melakukan aktivitas ke luar. Berjalan menuju kamarnya di lantai atas, langkahnya tertahan, matanya sempurna tertuju ke suatu benda di rak bawah tangga.
“Apa ini? Sebuah simbol? Tulisan kah?” tanyanya pada diri sendiri sambil memegang benda yang dimaksud, “Benar-benar aneh. Aku belum pernah melihat benda ini sebelumnya.”
Merasa tertarik dengan benda tersebut, Leon pun membawanya ke dalam kamar. “Kira-kira, ini apa ya? Tulisan di dalamnya benar-benar aneh, tapi sangat unik dan menarik.” Ucap Leon sambil tersenyum.
- = B E R S A M B U N G= -
waaaaaaaah..penasaran.. ^_^
BalasHapusHmm...
BalasHapusMenarik juga, karakter leon hampir sempurna di deskripsikan.
Salam kenal, Folback aku ya...
@Mbak Ratih: Silakan lanjut baca mbak.... :)
BalasHapus@Ivan: Yup, terimakasih. Btw, kok gak bisa buka profilnya ya? Alamat blognya apa?