Lasmi Disturi Kapoor
“Semangat!” Sambil mengepalkan kedua tangannya, Leon berusaha mengusir ragu yang masih tersisa. Hari ini, seorang diri Leon mendatangi Seoul National University (SNU) untuk mengikuti ujian masuk. Setelah persiapan berbulan-bulan, Leon mantap memilih universitas nomor satu di Korea Selatan itu sebagai tempat melanjutkan pendidikannya.
Selesai ujian, Leon memutuskan untuk berkeliling Gwanak Campus, kampus utama SNU yang terletak di bagian selatan kota Seoul. Kampus lainnya yang juga merupakan kampus tempat Mummynya menimba ilmu adalah Yeongeon Campus atau terkenal dengan sebutan Medical Campus, terletak di Daehangno, sebelah timur laut kota Seoul. Leon sendiri memilih masuk jurusan Entertainment, bertolak belakang dengan basic pendidikan sang Mummy dan Duddy. Itu juga yang menyebabkan Leon sempat berselisih pendapat dengan sang Duddy yang berharap anaknya bisa menjadi seorang politikus seperti dirinya.
***
“Duddy, come on! Leon gak berbakat menjadi politikus. Duddy tau sendiri, Leon paling jelek di mata pelajaran sosial. So, don’t force me please! Ok!” Kesal, Leon pergi menuju kamarnya, meninggalkan Duddy yang hanya bisa menghela nafas mendengar pilihan anaknya. Mummy sendiri memilih diam saat dua lelaki dalam hidupnya itu terlibat percakapan cukup panas.
“Entertaiment? Apa-apaan! Mau jadi apa dia? Mau jadi aktor yang bisanya hanya membohongi penonton dengan cerita-cerita konyol! Hah???” bentak Duddy setelah Leon benar-benar menghilang dari hadapannya, mengusap wajah.
“Be calm, Duddy! Biarkan Leon memilih jalan hidupnya. Leon sudah cukup dewasa untuk memutuskan yang terbaik bagi dirinya sendiri.” Bujuk sang istri menenangkan, “Lagi pula, apa yang salah dengan jurusan Entertainment? Mummy Tanya? Adakah yang salah?” Lanjut Mummy sambil mengusap-ngusap pundak sang suami di sampingnya, tersenyum.
“Ta… Tapi, mengapa harus Entertainment. Dia kan bisa mengambil jurusan …” Duddy mendelik, kalimatnya terputus.
“Sudahlah Duddy. Mummy tahu, Duddy hanya ingin yang terbaik untuk Leon. Tapi, yang terbaik menurut Duddy belum tentu yang terbaik menurut Leon. Jadi, Mummy mohon, biarkanlah Leon memilih Jurusan Entertainment. Ok, honey!”
“Kita lanjutkan besok.” Duddy masih belum mau mengalah.
“Ya sudah, kita lanjutkan besok. Tapi sekali lagi Mummy mohon, coba mengertilah keinginan anak kita.”
Mummy menghela nafas untuk ke sekian kalinya, “Saat seperti ini pasti terjadi. Semoga semuanya berakhir dengan baik.” Harap Mummy dalam hati, menyusul sang suami yang telah beranjak pergi ke dalam kamar.
***
Malam itu, setelah perdebatan sengit dengan sang Duddy, Leon tetap memutuskan untuk pergi mengikuti ujian masuk universitas di SNU. Paginya, setelah menyogok Ajeossi Soon, penjaga rumah keluarga Han untuk tutup mulut, Leon berhasil pergi tanpa sepengetahuan Duddy dan Mummy.
“Ajeossi, ayolah. Bantu Leon sekali lagi,,,” Leon merajuk.
“Tidak Tuan Muda. Saya tidak bisa. Maaf, tapi saya tidak mau membohongi Tuan dan Nyonya lagi. Saya sudah kapok.” Jawab Ajeossi Soon, teringat saat dirinya ‘membantu’ Leon untuk merayakan Valentine Day bersama teman-temannya di rumah, yang akhirnya diketahui Mummy.
“Ayolah Ajeossi. Kali ini benar-benar menyangkut masa depan Leon. Jika Ajeossi tidak bisa membantu, Leon bingung harus minta bantuan kepada siapa lagi. Leon harus ke SNU besok. Hoaaamm,,,” Leon menguap, jam sudah menunjukkan pukul satu pagi saat Leon meminta bantuan Ajeossi Soon.
“Baiklah-baiklah. Tapi saya harap ini yang terakhir. Tuan Muda, apa yang harus saya lakukan?” ucap Ajeossi Soon, akhirnya luluh juga.
Leon langsung tersenyum lebar, mendekatkan mulutnya di telinga Ajeossi Soon.
“Hanya itu? Tidak ada yang lain Tuan Muda?” Tanya Ahjussi Soon, setelah Leon selesai membisikkan sesuatu di telinganya.
“Ya, itu saja. Mudah, bukan?”
“Baiklah Tuan Muda. Akan saya lakukan.”
“Bagus. Terima kasih Ajeossi. Kalau begitu, Leon kembali ke kamar. Sekali lagi terima kasih.” Leon berlalu menuju kamarnya.
“Baik Tuan Muda. Istirahatlah kembali.” Ucap Ajeossi, sambil membungkuk ke arah Leon, tersenyum lembut. “Dasar anak muda, ada saja akalnya. Haha,,, “ benak Ahjussi sambil mengusap jenggot tipisnya, mungkin teringat masa mudanya dulu yang juga sering membantah orangtua.
***
Puas mengelilingi Gwanak Campus, Leon yang kelelahan tapi tetap tersenyum bahagia, memutuskan duduk sejenak di bangku taman sebelum benar-benar meninggalkan kampus. Matanya sibuk mengamati aktivitas di hadapannya.
Sepertinya, sedang ada syuting yang dilakukan mahasiswa-mahasiswa SNU. “Mungkin jurusan film.” Ucap Leon pada dirinya sendiri.
Matanya beralih ke deretan bangku taman, yang juga sedang didudukinya. Bangku taman yang tertata rapi dengan dua bangku saling membelakangi di setiap jarak 5 meter. Unik, karena di satu sisi, kita bisa melihat taman yang indah dengan beragam jenis bunga-bungaan, sedangkan dari sisi yang lainnya, kita bisa menikmati danau buatan kampus yang menentramkan.
“Auww,,,” Leon meringis kesakitan, kepalanya seperti membentur sesuatu. Leon berdiri, menengok ke belakang. “Siapa sih?”
“Auww,,, I’m sorry. I don’t deliberate! I so sorry!” ucap seorang wanita muda dengan bahasa Inggris yang fasih, sambil memang kepalanya yang juga sakit. Mencoba tersenyum.
“It’s ok! Never mind.” Leon tidak jadi marah-marah ketika melihat wanita itu juga meringis kesakitan. Rupanya, kepala mereka saling berbenturan saat wanita itu hendak duduk di kursi belakang Leon. “Are you a student here?” Leon memberanikan diri bertanya. Berpikir siapa tahu wanita ini bisa membantunya kelak saat dirinya benar-benar di terima di SNU.
“Hmm,,, Not yet.” Jawab si wanita singkat.
“Ohh…”
“Sorry, I have to go now. Bye!” Tanpa sempat Leon bertanya lebih lanjut, wanita itu buru-buru pergi.
Tanpa sadar, Leon memandangi wanita itu sampai hilang dari pandangannya. Baru tersadar saat melihat sehelai kertas yang jatuh di dekatnya. “Sepertinya ini milik wanita tadi. Sebuah formulir?” Jidatnya berkerut, mulai berpikir. “Jadi, dia juga calon mahasiswa di sini. Pantas tadi dia bilang ‘not yet’. Hmm,,,”
Sedikit terbata, Leon membaca nama yang tertera di formulir itu, sebuah nama yang asing di telinganya, “Las…mi Distu…ri Ka…poor! Nama yang cantik.”
Lasmi Disturi Kapoor, wanita India yang akan mengubah hidup Leonard Han McLarren kelak.
- = B E R S A M B U N G= -
“Semangat!” Sambil mengepalkan kedua tangannya, Leon berusaha mengusir ragu yang masih tersisa. Hari ini, seorang diri Leon mendatangi Seoul National University (SNU) untuk mengikuti ujian masuk. Setelah persiapan berbulan-bulan, Leon mantap memilih universitas nomor satu di Korea Selatan itu sebagai tempat melanjutkan pendidikannya.
Selesai ujian, Leon memutuskan untuk berkeliling Gwanak Campus, kampus utama SNU yang terletak di bagian selatan kota Seoul. Kampus lainnya yang juga merupakan kampus tempat Mummynya menimba ilmu adalah Yeongeon Campus atau terkenal dengan sebutan Medical Campus, terletak di Daehangno, sebelah timur laut kota Seoul. Leon sendiri memilih masuk jurusan Entertainment, bertolak belakang dengan basic pendidikan sang Mummy dan Duddy. Itu juga yang menyebabkan Leon sempat berselisih pendapat dengan sang Duddy yang berharap anaknya bisa menjadi seorang politikus seperti dirinya.
***
“Duddy, come on! Leon gak berbakat menjadi politikus. Duddy tau sendiri, Leon paling jelek di mata pelajaran sosial. So, don’t force me please! Ok!” Kesal, Leon pergi menuju kamarnya, meninggalkan Duddy yang hanya bisa menghela nafas mendengar pilihan anaknya. Mummy sendiri memilih diam saat dua lelaki dalam hidupnya itu terlibat percakapan cukup panas.
“Entertaiment? Apa-apaan! Mau jadi apa dia? Mau jadi aktor yang bisanya hanya membohongi penonton dengan cerita-cerita konyol! Hah???” bentak Duddy setelah Leon benar-benar menghilang dari hadapannya, mengusap wajah.
“Be calm, Duddy! Biarkan Leon memilih jalan hidupnya. Leon sudah cukup dewasa untuk memutuskan yang terbaik bagi dirinya sendiri.” Bujuk sang istri menenangkan, “Lagi pula, apa yang salah dengan jurusan Entertainment? Mummy Tanya? Adakah yang salah?” Lanjut Mummy sambil mengusap-ngusap pundak sang suami di sampingnya, tersenyum.
“Ta… Tapi, mengapa harus Entertainment. Dia kan bisa mengambil jurusan …” Duddy mendelik, kalimatnya terputus.
“Sudahlah Duddy. Mummy tahu, Duddy hanya ingin yang terbaik untuk Leon. Tapi, yang terbaik menurut Duddy belum tentu yang terbaik menurut Leon. Jadi, Mummy mohon, biarkanlah Leon memilih Jurusan Entertainment. Ok, honey!”
“Kita lanjutkan besok.” Duddy masih belum mau mengalah.
“Ya sudah, kita lanjutkan besok. Tapi sekali lagi Mummy mohon, coba mengertilah keinginan anak kita.”
Mummy menghela nafas untuk ke sekian kalinya, “Saat seperti ini pasti terjadi. Semoga semuanya berakhir dengan baik.” Harap Mummy dalam hati, menyusul sang suami yang telah beranjak pergi ke dalam kamar.
***
Malam itu, setelah perdebatan sengit dengan sang Duddy, Leon tetap memutuskan untuk pergi mengikuti ujian masuk universitas di SNU. Paginya, setelah menyogok Ajeossi Soon, penjaga rumah keluarga Han untuk tutup mulut, Leon berhasil pergi tanpa sepengetahuan Duddy dan Mummy.
“Ajeossi, ayolah. Bantu Leon sekali lagi,,,” Leon merajuk.
“Tidak Tuan Muda. Saya tidak bisa. Maaf, tapi saya tidak mau membohongi Tuan dan Nyonya lagi. Saya sudah kapok.” Jawab Ajeossi Soon, teringat saat dirinya ‘membantu’ Leon untuk merayakan Valentine Day bersama teman-temannya di rumah, yang akhirnya diketahui Mummy.
“Ayolah Ajeossi. Kali ini benar-benar menyangkut masa depan Leon. Jika Ajeossi tidak bisa membantu, Leon bingung harus minta bantuan kepada siapa lagi. Leon harus ke SNU besok. Hoaaamm,,,” Leon menguap, jam sudah menunjukkan pukul satu pagi saat Leon meminta bantuan Ajeossi Soon.
“Baiklah-baiklah. Tapi saya harap ini yang terakhir. Tuan Muda, apa yang harus saya lakukan?” ucap Ajeossi Soon, akhirnya luluh juga.
Leon langsung tersenyum lebar, mendekatkan mulutnya di telinga Ajeossi Soon.
“Hanya itu? Tidak ada yang lain Tuan Muda?” Tanya Ahjussi Soon, setelah Leon selesai membisikkan sesuatu di telinganya.
“Ya, itu saja. Mudah, bukan?”
“Baiklah Tuan Muda. Akan saya lakukan.”
“Bagus. Terima kasih Ajeossi. Kalau begitu, Leon kembali ke kamar. Sekali lagi terima kasih.” Leon berlalu menuju kamarnya.
“Baik Tuan Muda. Istirahatlah kembali.” Ucap Ajeossi, sambil membungkuk ke arah Leon, tersenyum lembut. “Dasar anak muda, ada saja akalnya. Haha,,, “ benak Ahjussi sambil mengusap jenggot tipisnya, mungkin teringat masa mudanya dulu yang juga sering membantah orangtua.
***
Puas mengelilingi Gwanak Campus, Leon yang kelelahan tapi tetap tersenyum bahagia, memutuskan duduk sejenak di bangku taman sebelum benar-benar meninggalkan kampus. Matanya sibuk mengamati aktivitas di hadapannya.
Sepertinya, sedang ada syuting yang dilakukan mahasiswa-mahasiswa SNU. “Mungkin jurusan film.” Ucap Leon pada dirinya sendiri.
Matanya beralih ke deretan bangku taman, yang juga sedang didudukinya. Bangku taman yang tertata rapi dengan dua bangku saling membelakangi di setiap jarak 5 meter. Unik, karena di satu sisi, kita bisa melihat taman yang indah dengan beragam jenis bunga-bungaan, sedangkan dari sisi yang lainnya, kita bisa menikmati danau buatan kampus yang menentramkan.
“Auww,,,” Leon meringis kesakitan, kepalanya seperti membentur sesuatu. Leon berdiri, menengok ke belakang. “Siapa sih?”
“Auww,,, I’m sorry. I don’t deliberate! I so sorry!” ucap seorang wanita muda dengan bahasa Inggris yang fasih, sambil memang kepalanya yang juga sakit. Mencoba tersenyum.
“It’s ok! Never mind.” Leon tidak jadi marah-marah ketika melihat wanita itu juga meringis kesakitan. Rupanya, kepala mereka saling berbenturan saat wanita itu hendak duduk di kursi belakang Leon. “Are you a student here?” Leon memberanikan diri bertanya. Berpikir siapa tahu wanita ini bisa membantunya kelak saat dirinya benar-benar di terima di SNU.
“Hmm,,, Not yet.” Jawab si wanita singkat.
“Ohh…”
“Sorry, I have to go now. Bye!” Tanpa sempat Leon bertanya lebih lanjut, wanita itu buru-buru pergi.
Tanpa sadar, Leon memandangi wanita itu sampai hilang dari pandangannya. Baru tersadar saat melihat sehelai kertas yang jatuh di dekatnya. “Sepertinya ini milik wanita tadi. Sebuah formulir?” Jidatnya berkerut, mulai berpikir. “Jadi, dia juga calon mahasiswa di sini. Pantas tadi dia bilang ‘not yet’. Hmm,,,”
Sedikit terbata, Leon membaca nama yang tertera di formulir itu, sebuah nama yang asing di telinganya, “Las…mi Distu…ri Ka…poor! Nama yang cantik.”
Lasmi Disturi Kapoor, wanita India yang akan mengubah hidup Leonard Han McLarren kelak.
- = B E R S A M B U N G= -
lanjut
BalasHapus