Leonard With No “O”
Senja membungkus kota Metropolitan Daejeon. Awan keemasan menjadi siluet yang mempesona, berpendar saat mengenai kaca gedung-gedung bertingkat. Pemandangan yang tercipta, seperti sebuah film dengan setting jaman dulu. Sempurna! Leon berburu waktu sebelum Mummy dan Duddy lebih dulu sampai di rumah. Sesuai janjinya kepada Ajeossi Soon, dia akan berada di rumah paling tidak sebelum gelap tiba.
***
Malam itu, setelah menimbang-nimbang alasan apa yang paling masuk akal supaya Leon bisa ke SNU, mulai dari alasan sakit sampai alasan reuni sekolah TK, Leon memilih alasan -akan di rumah seharian- sebagai ‘senjatanya’.
“Kamu baik-baik saja Leon?” Tanya Mummy memecah keheningan yang beberapa saat menerpa ‘ritual’ sarapan mereka. Sedari tadi, Leon dan Duddy hanya diam, sibuk dengan piring masing-masing.
“Leon baik kok, Mum. It’s ok!” jawab Leon singkat.
“Ini, isi yang benar. Serahkan semuanya nanti malam.” Tiba-tiba Duddy melemparkan sebuah berkas ke arah Leon.
“Apa ini?” tanpa merasa perlu jawaban, Leon langsung membukanya. “What??? Formulir Korea University (KU)?” Wajah Leon langsung muram.
“Duddy tidak mau tahu, pokoknya nanti malam semua sudah diisi lengkap.” Lanjut Duddy sedikit mengancam.
“Baik Duddy. Leon paham.” Balas Leon dengan suara lemah.
“Duddy,,, Sudahlah. Kita bahas masalah itu nanti saja, ok.” Mummy mencoba menengahi, tersenyum lembut.
“Duddy sudah selesai. Ayo Mum, kita berangkat.” Duddy menyudahi sarapannya, beranjak pergi ke kantor.
“Kami pergi dulu ya sayang. Bye.” Mummy buru-buru menyusul Duddy.
“Tunggu Mum, mmm,,, nanti jangan pulang telat ya. Ada yang ingin Leon sampaikan.” Ucap Leon menahan langkah Mummy.
“Apa? Apa yang ingin Leon sampaikan?” Tanya Mummy dengan muka penuh selidik, penasaran.
“Sudah, pokoknya tunggu saja nanti malam.” Leon tersenyum penuh misteri.
Teeettt,,, Teeettt,,, Suara klakson berbunyi, Duddy sudah menunggu.
“Ya Duddy. Wait a minute! Sudah ya sayang, Mummy pergi. Bye!”
“Bye, Mum!” balas Leon. Kemudian, matanya kembali melihat-lihat berkas yang masih di tangannya. “What???” Leon terbelalak, tidak percaya dengan apa yang dibacanya. Bagaimana tidak, semua kolom formulir masih kosong kecuali kolom pilhan jurusan. Duddy telah mengisinya dengan jurusan “Political Science and Economics”.
“Oh, man!” Leon menghempaskan tubuhnya, tertunduk lesu. Sesaat senyumnya kembali mengembang, teringat akan rencananya untuk malam ini.
***
Sesampainya di rumah, Leon langsung menghampiri Ajeossi Soon. Saat melewati ruang makan, senyum Leon mengembang. “Perfect!” Ucap Leon melihat dekorasi ruang makan yang telah ditata sedemikian rupa. Semua makanan sudah siap beserta lilin dan pelengkap lainnya.
Inilah rencana Leon. Leon meminta Ajeossi Soon untuk memasak makanan favorit Mummy dan Duddy. Karena hari ini bertepatan dengan 20th Wedding Anniversary kedua orangtuanya. Leon berharap, selain memang untuk merayakan anniversary Mummy dan Duddy, dengan pesta kejutan ini, Duddy menjadi sedikit lebih lunak terhadap Leon. Syukur-syukur kalau Leon diizinkan masuk SNU sesuai jurusannya, atau minimal walau pun Leon harus masuk KU, Leon masih bisa memilih jurusan sesuai keinginannnya.
Sebenarnya tidak ada yang salah dengan Korea University. Walau berstatus swasta, UK termasuk satu dari 3 universitas terbaik di Korea Selatan. Bahkan, Presiden Korea Selatan yang sekarang adalah alumni dari KU. Tapi tetap saja, Leon lebih suka dengan SNU, karena menurutnya, jurusan Entertainment SNU lebih baik dari KU. Jika KU terkenal dengan menghasilkan para politikus dan olahragawan berkualitas, maka SNU terkenal dengan menghasilkan para seniman berbakat.
“Tuan Muda sudah pulang.” Suara lembut Ajeossi Soon membuyarkan lamunan Leon. Dirinya sudah berada di samping Leon sekarang.
“Oia, Ajeossi. Bagaimana? Semuanya sudah siap?” Tanya Leon.
“Sudah, Tuan. Tuan bisa lihat sendiri. Apakah kira-kira ada hal yang kurang?” Ajeossi Soon menunjuk hidangan di meja makan.
“Mmm,,, Cukup. Leon kira cukup. Terima kasih Ajoessi. Semuanya terlihat indah. Sangat indah. Semoga Mummy and Duddy suka.”
“Tentu saja Tuan Muda, Tuan dan Nyonya pasti kaget sekaligus senang dengan pesta kejutan ini.” Ucap Ajeossi meyakinkan.
“Sekali lagi terimakasih Ajeossi.” Leon tersenyum.
“Sama-sama Tuan Muda. Ini sudah menjadi kewajiban saya.” Balas Ajeossi Soon.
“Dan jangan lupa,” lanjut Leon “Katakan pada Mummy dan Duddy, kalau Leon yang mempersiapkan semua ini.”
“Saya paham Tuan Muda. Kalau sudah tidak ada lagi, saya permisi ke dapur.” Ajeossi Soon pamit, membungkuk lembut.
“Ya, silakan. Istirahatlah Ajeossi.” Leon tersenyum. Setelah benar-benar memastikan semuanya telah siap, Leon melangkah menuju kamarnya, mandi.
***
Sudah pukul tujuh malam, tapi Mummy dan Duddy belum juga pulang. “Mungkin masih ada meeting.” Ucap Leon, menghalau pikiran buruk yang sempat singgah di pikirannya.
Pukul delapan, Mummy dan Duddy belum juga menampakkan batang hidungnya –mungkin macet- pikir Leon kali ini.
Pukul sembilan, perut Leon sudah mulai ‘kruyuk-kruyuk’. Leon memang sengaja menunda makan malam, menunggu kedua orangtuanya pulang, supaya mereka bisa makan malam bersama. Tapi nyatanya, belum juga ada tanda-tanda Mummy dan Duddy pulang.
Pukul sepuluh. Lilin di meja makan sudah habis terbakar. “Sebaiknya Tuan Muda makan lebih dulu. Tidak usah menunggu Tuan dan Nyonya. Mungkin mereka memang ada agenda sampai larut.” Bujuk Ajeossi, iba melihat Leon yang kelihatan kelaparan. “Tidak Ajeossi, sebentar lagi mereka pasti pulang.” Ucap Leon begitu yakin.
Pukul sebelas. Leon sempurna tertidur di sofa ruang tengah, kelelahan sekaligus mungkin juga kelaparan. Ajeossi Soon yang kasihan melihat Tuan Mudanya tertidur, mengambil selimut dan menutupi tubuh Leon.
Pukul dua belas malam, terdengar suara pintu gerbang terbuka. Mummy dan Duddy akhirnya pulang. Ajeossi Soon membukakan pintu. “Selamat malam Tuan dan Nyonya.”
“Malam Ajeossi.” Ucap Mummy, langsung melangkah menuju kamar.
“Tunggu Tuan, Nyonya,,, mmm,,, Tuan, Nyonya, begini,,, sebenarnya,,,” Ajeossi Soon bingung harus memulai dari mana.
“Ada apa Ajeossi? Apakah Ajeossi sakit?” Tebak Mummy.
“Bukan Nyonya. Tapi, Tuan Muda,,,” Kalimat Ajeossi Soon terputus, langsung menunjuk Leon yang berbaring di sofa.
“Anak itu! Dasar, mengapa dia tidur di sana! Seperti tidak punya kamar saja!” Duddy yang sedari tadi hanya diam, akhirnya buka mulut.
Sebelum sempat Duddy membangunkan Leon yang sedang tidur, “Sebaiknya Tuan dan Nyonya ikuti saya ke ruang makan.” Pinta Ajeossi Soon. “Saya mohon.”
Dan betapa terkejutnya Mummy dan Duddy saat melihat meja makan yang penuh dengan hidangan. Di meja makan juga terdapat sebuah kue tart dengan tulisan “Happy Wedding Anniversary Mummy and Duddy”.
“Tuan Muda telah menyiapkan ini semua untuk Tuan dan Nyonya. Tuan Muda sudah menunggu sejak pukul tujuh tadi. Tapi sayang, Tuan Muda kelihatannya lelah dan akhirnya tertidur.” Jelas Ajeossi.
“Leonnn,,,” ucap Mummy lirih, merasa sangat bersalah. Teringat ucapan Leon tadi pagi, untuk memintanya tidak pulang terlambat. Sedangkan Duddy hanya menghela napas, mengusap wajahnya. Pesta kejutan Leon GAGAL TOTAL!
***
Pagi yang begitu cerah dengan sinar matahari lembut menerpa kulit. Secerah muka Leon yang begitu sumringah memasuki kampus Seoul National University. Akhirnya Leon diterima sebagai mahasiswa SNU. Dan hari ini adalah hari pertama Leon masuk kuliah. Mengendarai mobil Range Rover pemberian sang Duddy, Leon mantap memasuki Gwanak Campus. “I’m coming!!!”
Leon tidak pernah menyangka sebelumnya, pesta kejutan yang gagal total, justru menjadi alasan Duddy mengizinkannya menimba ilmu di SNU. Padahal, sebenarnya Leon hanya menyuruh Ajeossi mempersiapkan semuanya, tidak membantu sama sekali. Tapi, Duddy tetap merasa tersentuh, Ia tidak pernah berpikir anak laki-lakinya bisa membuat kejutan seperti ini untuknya dan Mummy. Ditambah rasa bersalah Mummy karena tidak menepati janji, Leon berhasil menginjakkan kakinya di Gwanak Campus. (ternyata malam itu, Mummy dan Duddy pulang terlambat bukan karena pekerjaan, tapi mereka mengadakan makan malam romantis berdua untuk merayakan Wedding Anniversary, tanpa tahu Leon menunggu mereka semalaman).
“Leonardo, who is Leonardo Han McLarren?” Tanya seorang dosen, tersenyum ramah. Matanya jeli mengitari seluruh isi kelas, mencari seseorang.
Tidak ada jawaban. Masing-masing mahasiswa menggeleng, menunjukkan ekspresi itu bukan namaku.
Ragu, Leon mengangkat tangannya.
“I’m sorry, Sir! Maybe, you mean Leonard Han McLarren?” Tanya Leon memastikan.
“Yes, Leonardo. As I said before. Are you Leonardo?”
“No, Sir. My name isn’t Leonardo. But, Leonard. Leonard with no “O”.” jelas Leonard.
“Oh,,, I’m sorry. Ok, Leonard. Leonard with no”O”, right? Haha,,, Well, I wanna ask you something, who is your favourite actress in Korea? And why do you like her?”
“Hmm,,, I like Kim Tae Hee. She has a good acting.” Ternyata Leon mengambil konsentrasi Sutradara Film untuk studinya.
“Just that?” Tanya sang Dosen, lagi.
“Yes, Sir!”
“Ok, that’s enough. Hmm,,, Lee Jung Min,,, Who is Lee Jung Min?” Sang Dosen melanjutkan pertanyaannya ke mahasiswa lain.
“Hey,,, Sstt,, Siapa nama dosen itu? Sepertinya bukan berasal dari Korea.” Penasaran, Leon bertanya pada teman di sampingnya, berbisik. Sepertinya sang Dosen lupa memperkenalkan diri. Ah,,, bukan kah seharusnya mahasiswanya sudah mencari tahu lebih dulu.
Sambil mencoba mengingat, teman Leon menjawab, “Namanya Tuan… Salman… Disturi… Kapoor… Ya, itu dia namanya. Salman Disturi Kapoor”
“Salman Disturi Kapoor???” Dahi Leon berkerut, seperti ingat akan sesuatu.
- = B E R S A M B U N G = -
HadiiiiR :))
BalasHapushoho,,, Ada mbak Trie dimari. Selamat membaca mbak. :)
BalasHapus