Senin, 21 Februari 2011

3 Cinta Dalam Satu Hati (6)

Episode Ke Enam

Hari ke-51 sejak pertemuan mengesankan di Resto Kebun KCKBX. Taufan, adalah Taufan yang memanggil nama Kamila malam itu. Taufan sendiri kaget mendapati Kamila yang mengantar Wiwi pulang.

###
"Taufan..." balas Kamila tak kalah kaget (senyum). "Kenapa kamu ada di sini, Fan?" Lanjut Kamila.

"Wiwi..." tiba-tiba seseorang di belakang Taufan memanggil nama anak kecil tadi.

"Kak Boy..." Wiwi langsung lari memeluk kakaknya.
###

Sore itu, selesai les bahasa Inggris, sesuai janji, Wiwi memang datang ke UBB untuk menemui Kakaknya. Tapi seseorang salah mengira dan memberi info yang keliru pada Wiwi. Mengetahui kakaknya sudah pulang, Wiwi pun memutuskan untuk pulang sore itu juga. Dan 'tak sengaja' bertemu Kamila. Padahal, Boy sebenarnya sedang berada di ruang Perpustakaan, mempersiapkan bahan ajar untuk esok harinya.

Heran sekaligus cemas adikknya belum juga datang ke UBB, Boy akhirnya pulang ke rumah, "Mungkin Wiwi lupa dengan janjinya" batin Boy menenangkan diri. Perasaan cemas seketika berubah panik ketika Boy tidak mendapati adiknya di dalam rumah. Sudah mencari ke sana ke mari, tetap saja Boy tidak menemukan Wiwi. Akhirnya Boy memuntuskan untuk menghubungi Taufan, meminta bantuan.

Teman lama. Boy adalah teman lama yang ditemui Taufan sesaat sebelum menonton pertunjukan teater kampus bersama Kamila (ayoo,,, ada yang bener gak tebakannya? Hehe^^). Boy tentu saja tidak tahu, kalau yang akan ditemui Taufan saat itu adalah Kamila, mahasiswi yang selama ini, diam-diam Boy kagumi (ayyeyyy,,, mulai ketahuan nih,,, Hoho,,, sabar,,, sabar,,,).

###
Flashback start

15 tahun yang lalu di Panti Asuhan Kaffa Arjuna.

Fadhil dan Taufan  berusia 6 tahun ketika eyang menemukan mereka di panti asuhan. Ya, sebelum tinggal dengan eyang, Fadhil dan Taufan menghabiskan 6 tahun masa kecil mereka di panti asuhan. Waktu itu, Fadhil dan Taufan tidak mengerti mengapa mereka dibawa pergi dari panti oleh eyang. Hanya satu penjelasan yang mereka terima, mereka adalah cucu eyang yang hilang 6 tahun lalu. Artinya, sejak bayi, Fadhil dan Taufan sudah tinggal di panti asuhan.

"Hey kembar! Kalian mau ke mana? Gak ikut main bola? tanya Boy 'kecil' polos, sesaat sebelum Fadhil dan Taufan pergi meninggalkan panti.

"Eng,,, main bola??? Hayu (tersenyum senang)!" jawab Fadhil sama polosnya, berlari kecil menghampiri Boy.

Menahan lengan Fadhil, "Husshh,,, dhil, kita kan mau pergi sama eyang itu!" menunjuk eyang yang sudah bersiap di depan panti.

"Oh,, iya ya,, hehe" balas Fadhil cengengesan, menggaruk kepala yang tak gatal.

"Kalian memangnya mau ke mana?" tanya Boy untuk ke dua kalinya, dengan mata sedikit berkaca, takut sekali si kembar diambil seperti anak panti yang lain, ADOPSI.

"Ayo Fadhil, Taufan, kita pergi sekarang." ucap eyang sambil memegang tangan si kembar, pergi.

(Bayanginnya pake efek slow motion, ya ^^ biar lebih dapet feelnya. hoho... ^^)

Sesaat Boy hanya menatap bisu si kembar yang mulai menjauh. Air mata mulai menetes di pipinya. Yang ditatap hanya bisa diam menurut, sesekali menengok ke belakang, menatap Boy, kawan sepermainan mereka. Dan tiba-tiba...

"Jangaaaaann,,, JANGAN AMBIL SI KEMBARRRRRRR!!!" teriak Boy berlari menyusul si kembar, terisak. (Huhu,,, T_T)

Dengan sekuat tenaga Boy menahan tangan si kembar, berebut dengan tangan eyang. "Lepas, lepasin merekaaa," teriak Boy marah, masih dengan wajah terisak. Seketika itu juga, petugas panti berlari menghampiri 'keributan' yang ada, mencoba melerai.

"Sudah,,, biarkan,,, biarkan mereka berpamitan sebelum pergi," ucap eyang kepada petugas panti asuhan, membiarkan tiga bocah sekawan itu berbicara, yang mungkin untuk terakhir kalinya.

Sambil memegang bahu Fadhil dan Taufan, "(menatap dalam) Kalian gak akan ninggalin Boy sendirian di sini kan? Ayo jawab! Kenapa diem aja!" Tanya Boy, memaksa.

"(menunduk) Kami gak tahu, Boy. Kami gak tahu akan kembali lagi ke sini atau gak." Taufan yang menjawab, parau. Terlihat sekali Tufan menahan isaknya. Sedangkan Fadhil, sudah sedari tadi menangis terisak, banjir air mata.

Hening,,, tidak ada lagi dialog selanjutnya. Mereka hanya diam, terisak dalam, seketika suasana menjadi begitu syahdu.

"Ayo Fadhil, Taufan, kita pergi sekarang," ucap eyang memecah keheningan yang sempat tercipta, memegang tangan si kembar, beranjak pergi.

Flashback end
###

Bagaimana dengan Boy? Boy sendiri tetap di panti asuhan sampai lulus SMA. Boy selalu membenci apa yang disebut ADOPSI. Dia membenci orang-orang yang telah mengambil teman-temannya di panti, walau kasus si kembar tentu berbeda. Kebencian itulah yang membuat Boy selalu menolak saat ada orang yang ingin mengadopsi dirinya.

Tapi, sepertinya Tuhan masih berbaik hati kepada Boy. Selepas ditinggal Fadhil dan Taufan, hadirlah Wiwi. Seorang gadis kecil yang hadir 3 tahun kemudian. Tanpa perlu waktu lama, Boy dan Wiwi langsung akrab, walau umur mereka terpaut cukup jauh. Jadilah Wiwi 'adik' bagi Boy. Tak tanggung-tanggung, Boy bahkan mengajak Wiwi untuk tinggal bersamanya, pergi dari panti asuhan selepas Boy lulus SMA. Pergi dengan baik-baik.

Sudah sejak lama Boy merencanakan hidup mandiri, lepas dari panti. Tentu alasannya bukan karena dia benci dengan panti, Boy hanya tidak ingin merepotkan panti lagi, makanya Boy memutuskan untuk pergi, dan mengajak Wiwi. Begitulah.

###

Malam itu, Taufan akhirnya mengantar Kamila pulang. Dalam perjalanan pulang itulah, Taufan menceritakan semuanya kepada Kamila. Tentang 'teman lama' si kembar yang telah lama dicari. Tanpa sadar, pandangan Kamila terhadap Boy pun perlahan berubah. Yang tadinya tidak suka berbalik menjadi simpatik.

Lalu, bagaimana mereka bisa saling mengenal saat dewasa? Bukankah saat mereka berpisah, mereka masih sangat kecil? Tentu banyak perubahan yang telah terjadi. Sekali lagi, bagaimana mereka akhirnya bisa saling mengenal saat dewasa? Episode tujuh akan menjelaskan semuanya. (Untuk kesekian kalinya, ane cuma bisa bilang, "sabar ya". Hehe^^)

***

"Rain, abis kuliah, ada waktu gak?" tanya Kamila kepada Rain.

"Mo ngapain emangnya, Mil? Rain balik bertanya.

"Temenin aku ke rumah Pak Boy." jawab Kamila.

"Pak Boy? Hoho,,, Mauuuu,,, But, waittt!!! Ke rumah Pak Boy? Serius? Mau ngapain? " tanya Rain lagi, senang sekaligus kaget.

"Serius lah. Aku mau jenguk adiknya Pak Boy." jelas Kamila santai.

"Adiknya Pak Boy?" tanya Rain untuk ke sekian kalinya, dengan wajah sedikit cemberut, merasa dirinya kalah start dari Kamila. (*Wkwkwk)

"Iya,,, pokoknya nanti aku ceritain deh. Tapi kamu mau kan temenin aku. Okeh! Tenang aja Rain, aku gak akan rebut Pak Boy dari kamu, kok! Hehe,," jawab Kamila, menggoda Rain.

"Okelah kalau begitu. (tersenyum senang) Pokoknya Pak Boy cuma milik aku seorang (Alaahhh,,, lebay nih si Rain,,, Hehe ^^). Lagi pula kamu kan udah ada Taufan, ya kan? Cie,,, ciee,,!" kini giliran Rain yang menggoda Kamila.

"(tersenyum jahil) Ya tergantung juga, kalo Taufan tiba-tiba pergi, aku gak janji! Hahaha,,," canda Kamila.

"Ihhh,,, Kamila kamu maruk banget sihh,,,  Hahaha,," ikut tertawa.

***

Kamila dan Rain baru saja turun dari taksi, berhenti di depan gang rumah 'Pak Boy' mereka.

Berjalan bersisian "Ohh,,, jadi yang kecelakaan di depan UBB itu adiknya Pak Boy toh. Dan kamu yang bawa dia ke RS CINDAHA. Hmm,," ucap Rain setelah Kamila menjelaskan kejadian kemarin sore.

"Yup. Jadi sekarang kamu yakin kan aku gak ada feel apa pun sama Pak Boy." jelas Kamila mengakhiri ceritanya.

"Ya iyalah aku yakin. Kalo kamu suka sama Pak Boy, ya udah, Taufan buat aku aja kalo gitu. Hahaha,,," canda Rain.

"Dasaar!!!" balas Kamila kesal, mencubit tangan Rain.

"Hahaha,,, takut nih yee,,, pangerannya diambil orang." goda Rain, lagi.

"(tersenyum malu),,, apa sih Rain. Udah ah. Itu rumahnya (menunjuk rumah Boy). Yuk!" ucap Kamila mengakhiri obrolan mereka.

***

@Depan rumah Boy.

"Assalamu'alaikum!" salam Kamila dan Rain bersamaan.

"Wa'alaikumussalam, sebentar!" jawab penghuni rumah.

"(Buka pintu) Kak Mila. Silakan masuk, kak!"

"Iya, Wi. Yuk, masuk Rain!" Ajak Kamila kepada Rain.

@Ruang Tamu

"Oh ya, wi. Kenalkan, ini Kak Rain, teman kakak." ucap Kamila memperkenalkan Rain.

"Hai Wiwi. Wiwi adiknya Pak Boy, ya. Duhh,, lucu banget muka kamu. Sama kayak Pak Boy. Upss!!! Hehe,,," ucap Rain kelepasan, tidak sadar menyebut Boy lucu.

"(menengok Rain) Husshh,,, Rain, kamu ngomong apa sih! (senyum) mmm,,, ini Wi, ada sedikit 'oleh-oleh' buat kamu (menyerahkan bingkisan makanan)." ucap Kamila, mengalihkan pembicaraan.

"Apa ini. Duh,,, gak usah repot-repot kak." balas Wiwi.

"Gak apa-apa kok, Wi." jawab Kamila.

"Kalo gitu, makasih ya Kak. Oh ya, Wiwi ke dapur sebentar ya. Kak Mila dan Kak Rain mau minum apa?" tanya Wiwi, menawarkan minum.

"Apa aja Wi (senyum). Oia, kalo gitu, kakak ikut ya." tanpa ba-bi-bu, Kamila langsung beranjak ke dapur bersama Wiwi.

"Aku ikut juga ya." ucap Rain, memutuskan ikut ke dapur, merasa dari tadi 'dikacangin'.

"Gak usah, kamu tunggu aja di sini. Okeh Rain (senyum)" balas Kamila.

Belum sempat Rain membalas, Kamila dan Wiwi sudah beranjak ke dapur. Tak berapa lama kemudian.

"Assalamu'alaikum!" sapa seseorang.

"Wa'alaikumussalam!" jawab Rain yang berada sendirian di ruang tamu. "Eh,, Pak Boy!"

"Kamu??? Kenapa..." belum sempat Boy menyempurnakan kalimatnya, Kamila dan Wiwi sudah kembali dari dapur.

"Kak Boy udah pulang." ucap Wiwi senang kakaknya sudah pulang. Sigap sang adik mengambil tas kakaknya, menyuruhnya duduk.

Sesaat suasana menjadi hening. Semuanya hanya saling diam. Tiba-tiba...

"Kak Mila cantik ya, Kak! Cocok sama Kak Boy yang ganteng! Hehe,,, "ucap Wiwi polos.

-=BERSAMBUNG=-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Don't be shy, write your mind! ^_^