Taman Kota Seoul
Lasmi masih tertegun selesai membaca kertas milik Leon. Dia tentu tidak berharap mengetahuinya dengan cara seperti ini. Akan lebih baik kalau dia tahu dari Leon langsung.
Lasmi menelan ludah, “Ya, aku akan berpura-pura tidak tahu saja dan segera mengembalikan kertas ‘berharga’ ini.”
Setelah yakin dengan apa yang harus dilakukan selanjutnya, Lasmi mengirim pesan singkat ke Leon, minta bertemu.
***
Sementara itu di kamarnya, Leon panik saat menyadari ada sesuatu yang hilang dari dompetnya.
“Aigoo,,, di mana kertas itu?” Sambil coba mengingat-ngingat, Leon segera menemui Ajeossi Soon. Berharap Ajeossi Soon menemukannya entah di mana.
Tiba-tiba HP Leon berbunyi, sebuah pesan singkat masuk.
[Mungkin kau kehilangan kehilangan sesuatu? Aku tunggu di taman kota Seoul. Sekarang.]
From: Lasmi
“Lasmi? Mungkinkah kertas itu? Sigh!!!” Leon meluncur ke taman kota Seoul.
***
Pemandangan Taman Kota Seoul sore itu begitu menawan. Tapi tak semenawan perasaan Leon. Dalam perjalanan, Leon terus saja berpikir bagaimana jika yang ditemukan Lasmi memang kertas milik Lee Kyung unnie. Bagaimana jika Lasmi sudah membaca semuanya.
“Ommoooooo…”
Leon akhirnya sampai, setengah berlari menghampiri Lasmi yang sudah menunggu di taman kota Seoul.
“Mianhe. Aku tidak sengaja menemukan ini ketika di restaurant tadi siang. Kurasa ini punyamu.” Sedikit ragu, Lasmi menyerahkan kertas itu. “Tapi tenang, a… a…aku belum…”
“Kembalikan!” Leon kasar mengambil kertas di tangan Lasmi. Mukanya merah padam menahan kemarahan. Menatap tajam ke arah Lasmi.
“Mianhe.” Lasmi tidak menyangka dengan reaksi Leon barusan. “Aku benar-benar tidak sengaja menemukannya. Aku janji tidak akan mengatakannya pada siapa pun. Promise! Kau bisa memegang janjiku.”
***
Untuk Leon dari Lee Kyung Unnie.
Kau tahu, betapa bahagianya aku memiliki adik sepertimu, Leon. Aku berharap untuk kebahagiaanmu di hari ini dan di masa depan.
Well, ada yang ingin Unnie ceritakan. Tapi sebelumnya, berjanjilah padaku kau tidak akan mengatakannya pada siapa pun, termasuk kepada Mummy dan Duddy. Ini akan sangat berat untuk mereka. Berjanjilah seperti seorang pria sejati. Ok! ^_*V
Dua tahun yang lalu, aku bertemu dengan seorang pria tampan. Ya, dia benar-benar tampan. Bahkan lebih tampan darimu. Hehe… Kalau kau melihatnya, kau pasti iri. Pria itu sangat mengagumkan dan Unnie menyukainya.
Hubungan kami berlanjut. Dan aku sangat bahagia memiliki orang yang dapat ku percaya. Yah… He likes me, too.
Tapi semuanya berlangsung hanya sementara. Kebahagiaan itu hanya sejenak. Dia berubah. Selalu menolak saat aku mengajaknya bertemu.Hingga aku tahu akhirnya, mengapa dia bisa begitu berubah. Aku melihatnya bersama seorang wanita aneh yang aku yakini menjadi penyebab dirinya berubah.
Hati ini sakit, sakit sekali. Walau sakit, aku tidak pernah bisa membencinya. Tak pernah bisa. Jadi aku memutuskan untuk melakukan sesuatu. Melakukan hal yang bisa membuatku lupa akan rasa sakit ini.
Saat membaca surat ini, mungkin aku tidak akan bisa menemuimu lagi. Aku pergi. Jadilah manusia yang baik sepanjang hidupmu.
-Sarang haeyo, Lee Kyung-
“Hari itu, Lee Kyung unnie menabrakkan dirinya ke sebuah mobil di jalan raya.” Sambil menahan tangis, Leon menceritakan detil kejadian naas itu pada Lasmi. Leon berpikir Lasmi mungkin bisa dipercaya. Entahlah. Untuk pertama kalinya, beban bertahun-tahun yang ditanggung Leon sendirian mengenai kematiaan kakaknya, akhirnya bisa dibagi.
“Tidak perlu. Mmm…Tidak perlu kau lanjutkan jika itu sulit untuk diceritakan.” Lasmi merasa tidak enak hati.
“Tidak apa-apa. Kau terlanjur mengetahuinya. Biarkan aku menceritakan semuanya. Itu pun kalau kau tidak keberatan.”
“Kau bisa percaya padaku.” Balas Lasmi sambil tersenyum.
“Awalnya Mummy dan Duddy hanya tahu anak sulungnya merupakan korban kecelakaan. Namun, polisi tidak bisa dibohongi. Ya, Mummy dan Duddy akhirnya tahu yang sebenarnya. Lee Kyung unnie bunuh diri.”
“Siapa pria itu?” Tiba-tiba Lasmi bertanya.
“Eh… Pria itu? Sampai sekarang aku tidak pernah tahu. Sudah bertahun-tahun aku mencoba mencari tahu siapa pria yang menyakiti kakakku. Nihil.” Leon terlihat kecewa.
“Jadi, kau benar-benar tidak pernah tahu siapa pria itu?” Lasmi masih belum yakin, mungkin kah tidak ada jejak sama sekali.
“Ya. Lagi pula, jika aku tahu mungkin sudah aku bunuh saat itu juga. Hahaha…”
“Bagaimana dengan orangtua-mu? Apakah mereka tahu tentang pria itu?”
“Hmm… Kau sepertinya tidak membaca dengan sempurna. Lee Kyung unnie memintaku untuk merahasiakannya. Jadi, kumohon tolong jaga rahasia ini. Kau paham?”
“Ya, aku paham. Sudah kubilang, kau bisa memegang janjiku.”
“Ya, aku percaya. Kamsahamnida.”
Setelah selesai menceritakan semuanya, Leon beranjak pergi. Besok adalah hari peringatan kematian Lee Kyung Unnie. Leon harus bersiap-siap.
***
Mr. Han adalah seorang diplomat sekaligus politikus di Korea Selatan. Keluarga Han adalah keluarga yang terpandang. Dan merupakan sebuah aib bagi Mr. Han, saat anak sulungnya justru memilih mati bunuh diri tanpa alasan yang jelas. Ini yang membuat Mr. Han tidak pernah bisa menerima kematian anaknya. Selama bertahun-tahun, Mr. Han tidak mau menghadiri peringatan kematian Lee Kyung. Baginya, hal itu sangat menyakitkan. Dan Mr. Han lebih memilih menghindar dan melupakan semuanya.
Sama halnya dengan hari ini, tahun ke-5 peringatan kematian Lee Kyung. Duddy masih dengan pendiriannya. Maka, hanya Mummy dan Leon ditemani Ajeossi Soon yang datang ke pemakaman.
“Jika Lee Kyung masih hidup, sekarang mungkin dia sudah menikah.” Ucap Mummy memecah keheningan.
“Mum… sudahlah.” Leon memeluk Mummy di sampingnya.
Tak jauh dari tempat pemakaman, Ajeossi Soon menatap ke arah Mummy dan Leon. “Mianhe… Maafkan Ajeossi, Leon. Pria itu… Pria itu adalah anakku…” Gumam Ajeossi Soon, tak kuasa menahan tangis.
-------------------------------
NB:
Mianhe = Maaf
Kamsahamnida = terimakasih
Unnie = kakak perempuan
Episode ini cuma sedikit. Maklum, udah tertunda lumayan lama. Jadi feelnya agak 'lost' sedikit. Mianhe. ^_^
Lasmi masih tertegun selesai membaca kertas milik Leon. Dia tentu tidak berharap mengetahuinya dengan cara seperti ini. Akan lebih baik kalau dia tahu dari Leon langsung.
Lasmi menelan ludah, “Ya, aku akan berpura-pura tidak tahu saja dan segera mengembalikan kertas ‘berharga’ ini.”
Setelah yakin dengan apa yang harus dilakukan selanjutnya, Lasmi mengirim pesan singkat ke Leon, minta bertemu.
***
Sementara itu di kamarnya, Leon panik saat menyadari ada sesuatu yang hilang dari dompetnya.
“Aigoo,,, di mana kertas itu?” Sambil coba mengingat-ngingat, Leon segera menemui Ajeossi Soon. Berharap Ajeossi Soon menemukannya entah di mana.
Tiba-tiba HP Leon berbunyi, sebuah pesan singkat masuk.
[Mungkin kau kehilangan kehilangan sesuatu? Aku tunggu di taman kota Seoul. Sekarang.]
From: Lasmi
“Lasmi? Mungkinkah kertas itu? Sigh!!!” Leon meluncur ke taman kota Seoul.
***
Pemandangan Taman Kota Seoul sore itu begitu menawan. Tapi tak semenawan perasaan Leon. Dalam perjalanan, Leon terus saja berpikir bagaimana jika yang ditemukan Lasmi memang kertas milik Lee Kyung unnie. Bagaimana jika Lasmi sudah membaca semuanya.
“Ommoooooo…”
Leon akhirnya sampai, setengah berlari menghampiri Lasmi yang sudah menunggu di taman kota Seoul.
“Mianhe. Aku tidak sengaja menemukan ini ketika di restaurant tadi siang. Kurasa ini punyamu.” Sedikit ragu, Lasmi menyerahkan kertas itu. “Tapi tenang, a… a…aku belum…”
“Kembalikan!” Leon kasar mengambil kertas di tangan Lasmi. Mukanya merah padam menahan kemarahan. Menatap tajam ke arah Lasmi.
“Mianhe.” Lasmi tidak menyangka dengan reaksi Leon barusan. “Aku benar-benar tidak sengaja menemukannya. Aku janji tidak akan mengatakannya pada siapa pun. Promise! Kau bisa memegang janjiku.”
***
Untuk Leon dari Lee Kyung Unnie.
Kau tahu, betapa bahagianya aku memiliki adik sepertimu, Leon. Aku berharap untuk kebahagiaanmu di hari ini dan di masa depan.
Well, ada yang ingin Unnie ceritakan. Tapi sebelumnya, berjanjilah padaku kau tidak akan mengatakannya pada siapa pun, termasuk kepada Mummy dan Duddy. Ini akan sangat berat untuk mereka. Berjanjilah seperti seorang pria sejati. Ok! ^_*V
Dua tahun yang lalu, aku bertemu dengan seorang pria tampan. Ya, dia benar-benar tampan. Bahkan lebih tampan darimu. Hehe… Kalau kau melihatnya, kau pasti iri. Pria itu sangat mengagumkan dan Unnie menyukainya.
Hubungan kami berlanjut. Dan aku sangat bahagia memiliki orang yang dapat ku percaya. Yah… He likes me, too.
Tapi semuanya berlangsung hanya sementara. Kebahagiaan itu hanya sejenak. Dia berubah. Selalu menolak saat aku mengajaknya bertemu.Hingga aku tahu akhirnya, mengapa dia bisa begitu berubah. Aku melihatnya bersama seorang wanita aneh yang aku yakini menjadi penyebab dirinya berubah.
Hati ini sakit, sakit sekali. Walau sakit, aku tidak pernah bisa membencinya. Tak pernah bisa. Jadi aku memutuskan untuk melakukan sesuatu. Melakukan hal yang bisa membuatku lupa akan rasa sakit ini.
Saat membaca surat ini, mungkin aku tidak akan bisa menemuimu lagi. Aku pergi. Jadilah manusia yang baik sepanjang hidupmu.
-Sarang haeyo, Lee Kyung-
“Hari itu, Lee Kyung unnie menabrakkan dirinya ke sebuah mobil di jalan raya.” Sambil menahan tangis, Leon menceritakan detil kejadian naas itu pada Lasmi. Leon berpikir Lasmi mungkin bisa dipercaya. Entahlah. Untuk pertama kalinya, beban bertahun-tahun yang ditanggung Leon sendirian mengenai kematiaan kakaknya, akhirnya bisa dibagi.
“Tidak perlu. Mmm…Tidak perlu kau lanjutkan jika itu sulit untuk diceritakan.” Lasmi merasa tidak enak hati.
“Tidak apa-apa. Kau terlanjur mengetahuinya. Biarkan aku menceritakan semuanya. Itu pun kalau kau tidak keberatan.”
“Kau bisa percaya padaku.” Balas Lasmi sambil tersenyum.
“Awalnya Mummy dan Duddy hanya tahu anak sulungnya merupakan korban kecelakaan. Namun, polisi tidak bisa dibohongi. Ya, Mummy dan Duddy akhirnya tahu yang sebenarnya. Lee Kyung unnie bunuh diri.”
“Siapa pria itu?” Tiba-tiba Lasmi bertanya.
“Eh… Pria itu? Sampai sekarang aku tidak pernah tahu. Sudah bertahun-tahun aku mencoba mencari tahu siapa pria yang menyakiti kakakku. Nihil.” Leon terlihat kecewa.
“Jadi, kau benar-benar tidak pernah tahu siapa pria itu?” Lasmi masih belum yakin, mungkin kah tidak ada jejak sama sekali.
“Ya. Lagi pula, jika aku tahu mungkin sudah aku bunuh saat itu juga. Hahaha…”
“Bagaimana dengan orangtua-mu? Apakah mereka tahu tentang pria itu?”
“Hmm… Kau sepertinya tidak membaca dengan sempurna. Lee Kyung unnie memintaku untuk merahasiakannya. Jadi, kumohon tolong jaga rahasia ini. Kau paham?”
“Ya, aku paham. Sudah kubilang, kau bisa memegang janjiku.”
“Ya, aku percaya. Kamsahamnida.”
Setelah selesai menceritakan semuanya, Leon beranjak pergi. Besok adalah hari peringatan kematian Lee Kyung Unnie. Leon harus bersiap-siap.
***
Mr. Han adalah seorang diplomat sekaligus politikus di Korea Selatan. Keluarga Han adalah keluarga yang terpandang. Dan merupakan sebuah aib bagi Mr. Han, saat anak sulungnya justru memilih mati bunuh diri tanpa alasan yang jelas. Ini yang membuat Mr. Han tidak pernah bisa menerima kematian anaknya. Selama bertahun-tahun, Mr. Han tidak mau menghadiri peringatan kematian Lee Kyung. Baginya, hal itu sangat menyakitkan. Dan Mr. Han lebih memilih menghindar dan melupakan semuanya.
Sama halnya dengan hari ini, tahun ke-5 peringatan kematian Lee Kyung. Duddy masih dengan pendiriannya. Maka, hanya Mummy dan Leon ditemani Ajeossi Soon yang datang ke pemakaman.
“Jika Lee Kyung masih hidup, sekarang mungkin dia sudah menikah.” Ucap Mummy memecah keheningan.
“Mum… sudahlah.” Leon memeluk Mummy di sampingnya.
Tak jauh dari tempat pemakaman, Ajeossi Soon menatap ke arah Mummy dan Leon. “Mianhe… Maafkan Ajeossi, Leon. Pria itu… Pria itu adalah anakku…” Gumam Ajeossi Soon, tak kuasa menahan tangis.
-------------------------------
NB:
Mianhe = Maaf
Kamsahamnida = terimakasih
Unnie = kakak perempuan
Episode ini cuma sedikit. Maklum, udah tertunda lumayan lama. Jadi feelnya agak 'lost' sedikit. Mianhe. ^_^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Don't be shy, write your mind! ^_^