Selasa, 12 Juli 2011

DIARY SUPERCAMP 1: Berlabuh di Pangandaran

Silau, sinar matahari lembut menyentuh wajah, dan perlahan mataku terbuka. Sudah sampai? Batinku tak menyangka. Kutengok kanan dan kiri melihat sekeliling, hwwaaa.... pantai!

Gembira di atas gembira. Senang di atas senang. Bahagia di atas bahagia. Perasaan ini benar-benar luarbiasa. Perahu rinduku akhirnya berlabuh. Yah, berlabuh di Pantai Pangandaran. Akhirnya...

Sejak awal menginjakkan kaki di altar pasir Pangandaran, simpul senyum tak pernah lepas dari wajahku. Mengira-ngira, akan kah Pangandaran membalas senyumku? Subhanallah! Lihat!!! Dia akhirnya membalas senyumku. Pantai ini akhirnya tersenyum padaku!

Malu-malu, Pangandaran mulai berbicara. Ups! Ternyata dia pun rindu padaku.


"Siapa mereka?" Tanyanya to the point.

"Eh, mereka siapa? Yang mana? Di sini kan banyak orang." Keningku berkerut, heran sekaligus cemburu. Mengapa dia malah menanyakan orang lain, bukannya diriku.

"Itu... rombongan yang sedang memunguti sampah di pantaiku."

Aku tersenyum, kini aku berada di sebuah perahu. "Oh... itu sahabat-sahabatku di Program Tutorial, Lembaga Mentoring-nya kampus UPI. Kenapa memangnya?"

"Gak apa-apa. Cuma penasaran, kenapa mereka terlihat begitu teduh di tempat sepanas ini? Di atasnya, awan-awan seolah melindungi mereka dari terik matahari." Jawabnya panjang lebar.
 
"Benarkah? Serius? Tanyaku lagi sambil menyentuh beningnya air laut, heran untuk ke dua kalinya.

"Tentu semuanya tidak bisa dilihat secara kasat mata. Hanya makhluk Allah tertentu saja yang bisa melihat semua itu, termasuk aku."

"Hmm... Baiklah. Ayo ceritakan lagi apa yang kamu lihat dari mereka?" Tanyaku sedikit memaksa.
 
"Tidak mau! Ceritakan dulu apa yang mereka lakukan akhir-akhir ini hingga membuat mereka terlihat begitu menentramkan. Setelah itu, baru kujawab pertanyaanmu. Kamu tahu, aku sangat bahagia melihat mereka di tengah-tengah manusia-manusia aneh yang berkunjung padaku. Termasuk lelaki tua yang tak kalah aneh, yang mengataimu dan sahabat-sahabatmu berpakaian Arab."

Aku tertawa geli, mengingat lelaki tua yang mengatai kami berpakaian Arab. "Hahaha... Ye lah... ye lah. Pelankan ombakmu sebentar, supaya aku bisa turun dari perahu ini. Lantas akan aku ceritakan semuanya. Ok!" Ucapku sambil memegangi badan perahu.

"Hehe,,, baiklah. Tunggu sebentar dan YAP!!! Silakan turun."

Di atas hamparan permadani pasir Pantai Pangandaran, ceritaku dimulai. Dan Pangandaran pun takzim mendengarkan.

*Bersambung...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Don't be shy, write your mind! ^_^