Jumat, 31 Agustus 2012

[Review Buku] Negeri Para Bedebah

Assalamu'alaikum. ^^
Postingan NSK kembali dengan episode Review Buku. Yup, ternyata udah lama juga Rain gak ngereview buku. Hehe,,, Alhamdulillah, pas Ramadhan dan libur lebaran kemarin, Rain punya waktu buat baca sebuah novel yang keren banget! Penasaran? So, here we are

------------------------------------------------


Di negeri para bedebah, kisah fiksi kalah seru dibanding kisah nyata.
Di negeri para bedebah, musang berbulu domba berkeliaran di halaman rumah.
Tapi setidaknya, Kawan, di negeri para bedebah, petarung sejati tidak akan pernah berkhianat.


Begitulah penggalan kalimat di cover belakang novel keluaran terbaru karya Bang Darwis Tere-Liye, Negeri Para Bedebah. Berbeda dengan tema novel sebelum-sebelumnya, kali ini Bang Tere lebih berani dengan tema yang lebih menantang, POLITIK. What?

Inti cerita dari Negeri Para Bedebah adalah tentang usaha Tommi alias Thomas yang seorang konsultan keuangan, dalam menyelamatkan Bank Semesta yang terancam ditutup, dan tak lain adalah bank milik Om Liem, adik dari ayahnya. Meski awalnya enggan membantu, Tommi akhirnya bersedia membantu om-nya tersebut dan waktu yang dimilikinya hanya kurang dari 3 hari.. Apa yang akan dilakukan Tommi? Akankah ia berhasil? Baca aja sendiri, cin! Hehe...

Awal-awal bab, pembaca akan disuguhi berbagai macam istilah ekonomi dan keuangan yang Rain sendiri kagak ngerti-ngerti amat. Hahaha... Tapi tenang, Bang Tere selalu melengkapinya dengan penjelasan-penjelasan dalam bahasa dan perumpamaan yang lebih sederhana, jadi lebih mudah dimengerti. Kalau ada pembaca yang masih juga gak ngerti, saran Rain gak usah diambil pusing, lanjutin aja bacanya. Hehehe... 

Meski bertema politik, novel ini menurut Rain juga merupakan novel petualangan. Gimana gak, usaha Tommi untuk menyelamatkan bank milik om-nya tersebut bikin dia harus bulak-balik ke sana ke mari. Waktu berasa begitu penting setiap detiknya. Kesalahan sekecil apapun akan berakibat fatal. Lantas, apakah Tommi berhasil? Mending beli dan baca sendiri deh. ^^

Membaca kisah Tommi, kok Rain malah membayangkan Bang Tere yang jadi Tommi-nya ya? Hahaha... cucok muka dan karakternya. :P

Well, kisah Tommi ini berhasil menggeser Bang Borno (Kau, Aku, dan Sepucuk Angpau Merah) yang berada di urutan ke-3 novel Bang Tere terfavorit versi Rain. Posisi 1 masih ditempati oleh Ray (Rembulan Tenggelam di Wajah-Mu) dan posisi 2 pun masih ditempati oleh Kak Laisa (Bidadari-Bidadari Surga). Hehe... Kok bisa? Yup, karena novel ini bener-bener beda dari yang lain. Berhasil bikin Rain tarik nafas berkali-kali dan tegangnya luarbiasa. Ceritanya lebih 'berkelas' dan tidak biasa. Bang Tere banget deh pokoknya! ^^

Bukan Bang Tere kalau novelnya gak punya hikmah. Setelah membaca tuntas novelnya, Rain pastinya jadi lebih ngerti sedikit tentang sistem keuangan dunia. Rain juga belajar, ternyata jadi orang yang 'lurus-lurus' aja bukan berarti tanpa hambatan. Semuanya butuh perjuangan. Yap, meski bukan novel relegi, Rain dapet banget pesannya. "Petarung sejati tidak pernah berkhianat!"

"Aku konsultan keuangan profesional, aku tidak peduli dengan kemiskinan. Yang aku cemaskan justru sebaliknya, kekayaan, ketika dunia dikuasai segelintir orang, nol koma dua persen, orang-orang yang terlalu kaya" -Thomas. 

#intermezo
  1. Well, seperti novel Kau, Aku, dan Sepucuk Angpau Merah, yang awalnya berasal dari cerbung 'gratis' di fanspage Bang Tere, Negeri Para Bedebah pun demikian. Hanya saja, cerbung Negeri Para Bedebah tidak di posting sampai ending coz keburu dilirik sama penerbit. Jiaahh... #gagaldapetgratisan. :(
  2. Cerbungnya dulu berjudul Bangsat-Bangsat Berkelas. Mungkin karena judulnya dianggap terlalu 'ekstrim', jadi deh diganti jadi Negeri Para Bedebah. 
  3. Kalau kita ingat, di kisah nyata pun, ada kasus 'serupa' dengan kasus Bank Semesta yang diceritakan dalam novel ini. Masih ingat kan tentang kasus Bank Cen**ry? Haha... makanya, Bang Tere dari awal sudah mewanti-wanti kepada pembaca setianya, kalau suatu hari novel ini dituntut, pembaca setianya harus sukarela membela Bang Tere bagaimana pun caranya. Coz yang kepingin cerbung/novel ini dilanjutin kan pembaca juga. Hehehe... ^^
  4. Beberapa minggu sebelum novel ini diluncurkan, Bang Tere memposting cover novel di fanspage-nya. Sebelumnya, kepala sang "penguasa" adalah kepala seekor ular. Namun, setelah dipertimbangan+masukan para pembaca, si kepala ular diganti jadi kepala pinokio. Ya, terlalu serem kalau pake kepala ular. Rain aja sampai komentar, "ini cover novel politik apa cover novel siluman?" Hehe,,, syukur deh akhirnya beneran diganti. :-)

Baiklah, sekian review buku kali ini. Mudah-mudahan bermanfaat dan ngasih banyak inspirasi buat sobat NSK. Semoga ke depan, Rain masih punya waktu untuk ngereview buku-buku yang udah Rain baca. Ok, see U in the next post!

Wassalamu'alaikum. Rain pamit! ^^



Senin, 13 Agustus 2012

Delapan Tahun Kebersamaan

Ianya bukan tak pernah retak,
Bukan pula tanpa emosi yang memuncak,
Meski begitu, satu hal yang perlu disimak...

Ia lahir di atas hati yang bersih,
Saling menyayang dan tanpa pamrih,
Karena kami tahu, Allah sejatinya Sang Maha Pengasih...


***
Sebenarnya, tidak ada tanggal pasti kapan kebersamaan ini terjalin. Hanya bila dihitung, setidaknya sudah 8 tahun lebih kami bersama. Alhamdulillah. Banyak hal yang terjadi, banyak hal yang berubah. Tapi ada satu hal yang tidak pernah berubah, hati. InsyaAllah, semoga kebersamaan ini akan terus terjalin di atas ukhuwah karena Allah, di atas hati yang selalu mengingat-Nya dan saling mencinta karena-Nya. Aamiin allahumma aamiin.

[Renungan] Tentang Sepiring Nasi

Assalamu'alaikum sobat NSK!
Semoga tetap semangat di hari-hari akhir Ramadhan. Hoho... ^_^
Sambil nunggu waktu berbuka, Rain ingin berbagi sedikit lewat postingan ini. Bagi-bagi takjil? Tentu aja bukan. Hehe... Penasaran??? Cekidot bro!

----*----
Actually, renungan ini Rain dapet dari channel DAAI TV. So, Rain cuma menyampaikan ulang apa yang disampaikan sama DAAI TV. Ya... tentang sepiring nasi. Ternyata sepiring nasi beserta lauk dan sayurnya yang biasa kita makan sehari-hari, prosesnya gak sesederhana yang kita bayangkan. Selintas, kita hanya membayangkan proses mengolahnya saja. Betul gak?

Pernah gak memikirkan bagaimana nasi itu berasal, sayur itu berasal, dan lauk itu berasal. Sadar gak sadar, semua makanan itu membutuhkan proses yang panjang untuk bisa sampai ke piring di hadapan kita. Contohnya nasi. Nasi semua juga tahu asalnya dari beras. Tapi, sadarkah sobat kalau untuk menanam beras/padi saja butuh waktu berbulan-bulan. Membutuhkan sumber daya tanah, sumber daya pengelolanya (manusia), sumber daya air, sumber daya pupuk, sumber daya transportasi, dll, untuk jadi sepiring nasi. Begitu juga dengan sayur, butuh waktu yang gak sebentar untuk menanamnya. Pun ada banyak sumber daya yang dibutuhkan. Belum lagi lauknya, dll.


Hufhh... ternyata... untuk jadi sepiring nasi beserta sayur dan lauknya membutuhkan proses dan sumber daya yang gak sedikit. Kalau tahu begitu, rasanya sayang banget kan kalau kita sampai sekarang masih sering buang-buang makanan. Hayo, siapa yang makannya suka gak habis? Mikir ulang deh. Terlebih sekarang bulan Ramadhan, biasanya nafsu pas kita buka puasa jadi berlebihan. Kayaknya kepingin makan semua makanan yang ada di meja. At the end, malah jadi gak habis makanannya. Padahal, masih baaannyyaaakkk orang di luaran sana yang untuk makan aja susah. Yuk istighfar! ^_^

Seperti yang Rasulullah katakan, "Makanlah sebelum lapar, berhentilah sebelum kenyang." Kira-kira begitu bunyinya. Hmm... 

Shaum bukan alasan buat kita untuk makan yang berlebihan saat berbuka. Justru rasa syukur yang harus kita lebihkan. Bersyukur bahwa Allah masih berkenan menitipkan rejeki pada kita. Rejeki yang kelak dimintai pertanggungjawabannya, meski hanya SEPIRING NASI...

Semoga renungan ini bermanfaat. Dan semoga Ramadhan kali ini benar-benar memberi kita banyak pelajaran untuk terus menjadi muslim yang lebih baik. See you in the next post. Bye and Wassalamu'alaikum. Rain pamit! ^_^