Senin, 21 Februari 2011

Memoar Tentang Sebuah Ajakan Shalat

Awal SMA

Hampir tiga ratus orang lebih berseragam “putih biru” berbaris rapi di lapangan sebuah SMA favorit di daerah itu. Mereka semua berkumpul untuk pengarahan Masa Orientasi Siswa (MOS), yang akan dilaksanakan esok harinya. Tak terkecuali aku. Yup, aku adalah satu dari ratusan siswa yang mengikuti MOS di SMA ini. Luarbiasa. Akhirnya sampai juga aku pada fase ini, anak SMA. Hihi, aku sangat suka jadi anak SMA. Rasanya sangat keren memakai seragam “putih abu-abu”.

Banyak yang bilang masa SMA adalah masa yang paling menyenangkan. Ku rasa pernyataan itu ada benarnya. Di masa ini lah, aku mulai mengenal yang namanya “persahabatan”. Klise mungkin. Tapi, ayo jujur! Kau juga mengalaminya, bukan? Hehe,

Di sini, ya, di SMA ini, aku mengenal sosok Zen dan Wawat. Kitab Lauh Mahfudz ku mencatatkan bahwa aku harus mengenal mereka. Sekelas dan bersebelahan bangku dengan keduanya. Zen dan Wawat duduk semeja. Sedang aku semeja dengan teman yang lain. Seiring berjalannya waktu, entah mengapa aku justru lebih dekat dengan Zen dan Wawat daripada dengan teman semeja ku sendiri. Dan seolah tanpa komando, aku menjadi dekat dengan keduanya, begitu saja, sederhana.

Shalat Ashar atau Jajan ya?

Satu SMA, menandakan waktu sekolah kami adalah dari pukul 13.00 sampai dengan pukul 17.00. Waktu belajar yang sangat tidak menyenangkan sebenarnya, alias selalu bikin ngantuk. Hehe,

Oia, kembali ke dua sahabatku itu. Dari mulai belajar bareng, ngobrol bareng, jajan bareng, dan pulang bareng, ada satu hal yang belum pernah aku lakukan bersama dengan mereka. Hal yang selalu membuatku sedih. Shalat Ashar bareng. Ya, kalian tahu kami belajar dari siang sampai sore. Otomatis akan melewati waktu shalat Ashar yang memang bertepatan dengan waktunya istirahat. Menjadi dilematis bagi seorang anak SMA yang beranjak dewasa, memilih antara jajan atau menunaikan shalat Ashar. Terlebih waktu istirahat memang tidak cukup untuk melaksanakan keduanya. Artinya, kalau memilih shalat Ashar, ya berarti tidak bisa jajan. Kalau memilih jajan, ya berarti tidak shalat Ashar.

Aku ingat, aku sering disindir guru, hanya karena aku terlambat masuk kelas selepas shalat Ashar. Maklum, mushola di SMA kami terlalu kecil untuk menampung siswa-siswa yang ingin shalat (Alhamdulillah, kalau sekarang mushola itu sudah menjadi masjid ^_^). Hingga terkadang, kami harus mengantri cukup lama untuk sekedar bertegur sapa denganNya. Maka dari itu, waktu untuk sedikit mengisi perut rasanya tidak cukup lagi.

Dan berbeda denganku, Zen serta Wawat lebih memilih mengisi perutnya ketimbang ruhaninya. Aku sedih. Terlebih pada masa ini, aku baru mengawali “karier” di jalan dakwah sebagai seorang anak ROHIS. Rasanya ada yang kurang dengan persahabatan kami. Maka, dengan semangat empat lima aku selalu mengajak mereka ketika istirahat tiba.

Sholat Ashar, yuk!” Ajakku.

“Hmm… kamu duluan aja deh.” Balas Zen dan Wawat dengan senyum yang seolah dipaksakan.

“Oh… ya udah kalo gitu, aku duluan ya.” Kataku mengakhiri percakapan.

Selalu seperti itu. Setiap jam istirahat tiba, aku selalu mengajak mereka untuk shalat Ashar. Walau aku tahu, jawaban yang aku terima pun selalu sama.

Kado Spesial Tanggal Dua Puluh Sembilan April Dua Ribu Lima

Hari itu seperti biasa kami masuk kelas pukul 13.00. Memulai belajar di siang hari yang panas. Ting teng ting teng, waktu seolah berjalan lambat sampai waktu jam istirahat pun tiba. Entah ada angin apa, kali ini kakiku langsung melangkah keluar kelas. Aku tidak mengajak Zen dan Wawat untuk shalat Ashar. Aku hanya bilang, “Zen, Wawat, aku ke mushola dulu ya”, sambil berlalu begitu saja. Ya, hari itu aku merasa lelah juga mengajak shalat, tapi tidak pernah mereka melaksanakannya. Hmm,,,

Tiba di depan mushola, ketika hendak melepas sepatu.

“Hey, kamu kok gak ngajakin kita sholat lagi sih?”, tiba-tiba Zen dan Wawat datang dengan membawa mukena.

“Kita kan juga mau shalat”, timpal Wawat, “iya kan Zen?”.

“Iya”, jawab Zen.

Aku hanya terdiam sejenak. Haru, mataku basah. Kau tahu, ini pertama kalinya aku merasakan dakwah itu indah. Aku memeluk Zen dan Wawat. Betapa aku mencintai mereka karena Allah. Terlebih, hari itu adalah hari yang sangat spesial. Zen berulang tahun. Subhanallah. Luarbiasa.

Kami pun shalat bersama-sama. Begitu pun hari-hari selanjutnya. Alhamdulillah.

Terus Berjuang

Kawan, memang benar, dakwah yang paling baik dan efektif adalah lewat tindakan, teladan. Setelah sekian lama tanpa bosan mengajak Zen dan Wawat shalat, akhirnya mereka luluh juga. Ketika kembali ke kelas hari itu, Zen menceritakan bahwa ia memang ingin memberi kejutan untukku di hari ulang tahunnya (aneh ya, harusnya aku yang kasih kejutan di hari ulang tahunnya. Hehe,^_^). Zen sedih karena aku tidak mengajaknya lagi untuk shalat dan hanya berlalu begitu saja. Tapi, tanpa ragu Zen dan Wawat pun mengikutiku sampai di depan mushola. Dan begitu seterusnya.

Jangan pernah menyerah kawan.

3 Cinta Dalam Satu Hati (Terakhir)

Episode Ke Sembilan (Terakhir)

###
Flasback Start

2 tahun lalu. Min (-) hari ke sekian dari pertemuan yang mengesankan di Resto Kebun KCKBX. Tepat 6 hari sebelum pernikahan itu benar-benar terjadi.

"Kamu serius mau pergi ke luar kota, Ndah?" Tanya Fadhil kepada calon istrinya, via sambungan telpon.

"Iya, kak Fadhil. Andah minta maaf gak bisa pamit langsung, Andah buru-buru." jawab Andah.

"Kamu yakin?" tanya Fadhil lagi.

"InsyaAllah gak apa2, kak. Toh Andah juga gak sendiri. Bos Andah juga ikut kok. Bener Kak Fadhil, insyaAllah semuanya akan baik-baik aja." Ucap  Andah meyakinkan.

"Andah,,, ayo cepet. Nanti kita ketinggalan pesawat. Lambat banget sih!" teriak seorang wanita di seberang telpon.

"Kak, udah ya. Andah udah ditunggu tuh. Pokoknya doain semoga semuanya berjalan dengan baik. Jaga diri Kak Fadhil juga ya. Wassalamu'alaikum." ucap Andah, buru-buru menutup telpon.

"Aaa,,, Andahhhh,, tunggu dulu sayang,,," belum sempat Fadhil menyempurnakan kalimatnya...

Tuuut... tuuut.... tuuuut... sambungan terputus.

"Jaga baik-baik calon istriku, ya Allah." batin Fadhil.

***

Entah mitos itu benar atau tidaknya, tapi yang pasti takdir Tuhan telah ada jauh sebelum mitos itu lahir. Kalian pasti sudah bisa menebak apa yang terjadi selanjutnya. Tanpa sempat Fadhil membalas 'salam suci' itu, tanpa sempat Fadhil mengatakan "TTDJ", tanpa sempat Fadhiil... Ah,,, sebanyak apa pun disebutkan, kesempatan itu nyatanya memang tidak pernah datang. Andah kecelakaan. Sebuah bus pariwisata kehilangan kendali saat hendak menurunkan kecepatan, parkir. Rem bus tersebut blong, menabrak apa saja di pinggiran jalan bandara, termasuk Andah dan Bosnya yang baru saja turun dari taksi. Beberapa orang luka-luka, tapi sayang bagi Andah dan Bosnya, mereka tewas seketika.

Flashback End
###

Hari ke-99 sejak pertemuan mengesankan di Resto Kebun KCKBX. Fadhil mengucek-ngucek matanya yang tidak gatal, demi melihat foto seseorang mirip Andah di atas bufet ruang keluarga rumah Kamila, tak percaya. Bahkan Fadhil sampai lupa, tadi hendak ke toilet. Belum lepas matanya memandang foto, seseorang memanggil.

"Dhil, ngapain lu di sini? Yuk pulang. Udah pada nunggu tuh." ternyata Taufan yang memanggil.

"Oh,,, eng,,, ehh,, iya." jawab Fadhil gugup.

"Lu kenapa sih, dhil?" tanya Taufan, heran dengan muka adik kembarnya.

"Oh,, gapapa. Yuk!" balas Fadhil singkat.

Rombongan calon mempelai laki-laki pamit. Mengakhiri acara lamaran hari itu. Kira-kira dua bulan ke depan atau tepatnya hari ke-164 dari sejak pertemuan mengesankan di Resto Kebun KCKBX, pernikahan itu akan dilaksanakan.

***

Dalam perjalanan pulang, di dalam mobil yang mereka sewa khusus untuk acara lamaran Taufan.

"Fan, gimana perasaan lu sekarang? Selamat ya brow, lu sebentar lagi bakal jadi seorang suami." ucap Fadhil pada Taufan yang sedang menyetir di sebelahnya. Eyang yang duduk di belakang, tersenyum mendengar perkataan Fadhil.

"(senyum) Ya, makasih, Dhil. Gue seneng banget akhirnya Kamila nerima lamaran gue. Itu juga gak lepas dari bantuan lu. Makasih ya adikku." balas Taufan, sambil mencoba mencubit pipi Fadhil, sama seperti yang pernah Taufan lakukan dulu.

"Ah,,, apaan sih, Fan. Mulai lagi deh. Huh'" sambil mencoba melepaskan 'cubitan' Taufan, tak peduli yang Taufan sedang menyetir.

"Awas, Fan! Awaaaaaaaaaaaaaassssssss" teriak eyang.

...

Maka, candaan Kamila dengan Rain sesaat sebelum menengok Wiwi di hari ke-ke-51 sejak pertemuan mengesankan di Resto Kebun KCKBX, menjadi pamungkas kejadian siang itu.

"Ya tergantung juga, kalo Taufan tiba-tiba pergi, aku gak janji! Hahaha,,,"

Dan Taufan memang pergi, pergi untuk tidak pernah kembali lagi.

***

Hari ke-2190 sejak pertemuan mengesankan di Resto Kebun KCKBX. Di tempat yang sama, saat mereka pertama kali bertemu 6 tahun lalu.

"Kok bengong aja. Ayo dong dimakan Pisang Goreng Keju-nya. Kamu gak suka ya sayang (senyum)?" ucap Boy kepada istrinya.

"Iya Kak Mila, ini enak loh. Wiwi aja suka."

-=T A M A T=-


. . . E p i l o g . . .

Ada banyak potongan kejadian yang masih belum tuntas, ada banyak pertanyaan yang masih terlintas. Dan ini menjadi bagian yang mungkin, baik Kamila, Taufan, Fadhil, dan Boy pun tidak tahu. Mungkin mereka tahu, tapi tidak sempurna tahu, tidak utuh.

Pertanyaan pertama. Tentang Andah. Kejadian utuhnya adalah, bos yang bersama Andah saat kecelakaan terjadi adalah kakak dari Kamila. Indy namanya. Ah,, tentu saja Fadhil tidak tahu semua itu. Dan foto yang Fadhil lihat di ruang keluarga rumah Kamila, memang benar-benar Andah. Itu adalah foto saat Indy, Andah, dan karyawan lainnya berfoto bersama satu perusahaan. Lantas pertanyaan tentang apa perusahaan yang dipimpin Indy, tentang apa sebenarnya pekerjaan Andah, rasanya menjadi tidak penting lagi. Toh dengan mengetahuinya pun, Andah tidak akan pernah kembali lagi.

Pertanyaan ke dua. Tentang Taufan. Apakah Taufan tahu tentang Fadhil yang sebenarnya juga memiliki rasa terhadap Kamila? Rasa yang berlapis tabir rindu menggebu, rasa yang tertahan karena ikatan persaudaraan (Fadhil tentulah tak setega itu untuk merebut Kamila dari kembarannya sendiri, saudaranya sendiri). Taufan tidak tahu itu semua. Sama tidak tahunya tentang Boy, sahabat pantinya dulu, yang juga mengagumi Kamila diam-diam sejak lama. Bahkan kini, setelah kepergiaannya, Kamila resmi menjadi istri Boy. Kejam??? Adakah takdir Tuhan yang kejam? Tentu tidak. Semua bergantung pada dari titik mana kita mau menjadi, dari titik mana kita mau mendengar, dan dari titik mana kita mau melihat. Toh dengan mengetahuinya pun, Taufan tidak akan pernah kembali lagi.

Ahh,,, tentu masih banyak pertanyaan melintas. Bahkan hal kecil seperti, mungkinkah hanya karena kaget melihat foto Andah, Fadhil sampai lupa mau ke toilet? Jawaban untuk pertanyaan ini adalah sebuah pertanyaan balik. Apakah ke toilet memang hanya untuk suatu urusan yang bersifat 'kebelet'? Kan tidak. Bisa saja Fadhil hanya ingin cuci muka, sedikit menyamarkan wajahnya yang terlihat sedih setelah melihat proses lamaran Taufan berakhir.

Tapi toh dengan mengetahui jawabannya pun, Fanfic ini tetap TAMAT. Tidak akan bertambah atau berkurang satu episode pun, laiknya sinet KCK yang berseoson.

_Karena sejatinya jodoh, kehidupan, kematian, dan harta, semua telah diatur oleh Allah SWT. Dan cara terbaik supaya bisa berdamai dengan takdir Allah adalah dengan berbaik sangka, selalu berbaik sangka. ^^_

*****************************************************

3 Cinta Dalam Satu Hati (8)

Episode Ke Delapan

Hari ke-79 sejak pertemuan mengesankan di Resto Kebun KCKBX. Kamila baru saja selesai makan malam bersama Papa Tama dan Mama Ambar.

"Mila,,," ucap Mama Ambar, membuka percakapan.

"Ya, Ma. Ada apa?" balas Kamila.

"Boleh mama nanya sesuatu, sayang?"

"Ya boleh lah, Ma. Emangnya mama mau nanya apa?"

"mmm,,, kapan kamu rencana mau nikah, sayang?"

"(kaget) Mama,,, apaan sih. Kok nanya kayak begituan."

"Ya,, mama kan ingin tahu aja, Mila. Emangnya gak boleh. hehe,,, Selama ini kamu udah nemu calon apa belum. Kalo belum kan nanti bisa mama cariin. Ya kan, Pa (senyum)?" Papa Tama hanya tersenyum mendengar ucapan istrinya tersebut.

"Hmmm,,, udah belum ya???" balas Kamila, tertawa malu-malu.

"Ditanya kok malah ketawa. Atau jangan-jangan... (senyum). Siapa Mila orangnya? Pasti udah ada kan? Siapa Mila? Siapa?" tanya Mama Ambar sedikit memaksa.

"Ada deh,,, hehe,,, Ntar kalo udah waktunya juga, pasti Mila kenalin sama Papa dan Mama." jawab Kamila santai.

"Ya udah, Mama gak akan maksa kamu ngasih tahu sekarang. Mama dan Papa percaya kamu bisa memilih yang terbaik buat kamu." balas Mama Ambar, bijak.

"Ya, Ma, Pa, makasih buat kepercayaannya (senyum). Kalo gitu, Mila ke kamar duluan ya. Mau istirahat. Met malem, Ma, Pa." ucap Mila menyudahi percakapan malam itu.

"Malem sayang." balas Mama Ambar dan Papa Tama berbarengan.

***

@Kamar Kamila

"Haloooo,,, barengan lagi sama gue, VJ Johan, dimana lagi kalo buka di Jonas Radio, Suaramu, Suara Hatimu! Hoho,,,!" semangat sang Vj membuka acara radionya.

"Taufan lagi dengerin Jonas Radio juga gak ya? Hehe,,, mmm..." batin Kamila, berharap.

"Oke, kamu-kamu pasti tau dong yang ter-update sekarang itu berita tentang nikahnya Irwansyah dan Zaskia Sunkar. Dan kalo teman-teman Jonas Radio tau ya, Irwansyah dan Zaskia itu kan masih tergolong pasangan muda. Bener gak? Nah, kalo gitu sekarang menurut kamu-kamu nih, setuju gak sih dengan yang namanya nikah muda? Hoho,,, itu dia topik kita malam ini. So, jangan kemana-mana, stay tune terus di 102.7 FM, Jonas Radio, Suaramu, Suara Hatimu! Ini dia, lagu pembuka malam hari ini, Tak Pernah Setengah Hati, By Tompi. Enjoy it, guys!"

###
(Yang tahu lagunya, ikut nyanyi nyok!!! PLAY!!!)

http://www.youtube.com/watch?v=r_h0HDa_kic

Tak pernah setengah hati
Ku mencintaimu ku memiliki dirimu
Setulus-tulusnya jiwa
Ku serahkan semua hanya untukmu

Tak pernah aku niati untuk melukaimu
Atau meninggalkan dirimu
Sesal ku selalu bila tak sengaja
Aku buat kau menangis

Reff:
Memiliki mencintai dirimu kasihku
Tak akan pernah membuat diriku menyesal
Sungguh matiku
Hidupku ‘kan selalu membutuhkan kamu
###

"Wow, dalem banget ya liriknya. Hmm,,, ayo,,, siapa nih yang masih suka setengah-setengah. Hehe,, Ok,, ok,,. Kita bacain sms yang masuk dulu kali ya. mmm,,, Sms siapakah ini. Oh,,, 'Halo, gw Taufan. Gue mw request lagu "More Than Words" versinya Frankie J'. Hmm,, ini yang versinya akustik kayaknya ya. Lanjut, 'lagu ini special buat seseorang bernama Kamila.' Hmmm,,, Kamila, nama yang cuaaantik. Gw yakin ni cewek pasti orangnya juga cantik. Hahaha,,, (alaahhh,, sok tahu ni Vj, hehe ^^). Ya udah deh, gak usah berlama-lama, langsung aja kita play request-an dari Taufan, spesial buat Kamila dan kamu-kamu yang juga suka sama lagu ini. Ini dia,,,, Check it out!!! "More Than Words By Frankie J.!!! Enjoy the song!!!" Lanjut sang penyiar masih dengan semangat '45.

"Whuuaaa,,, Taufan ngirimin lagu buat aku. Berarti dia dengerin Jonas FM juga dong malem ini. mmm,,," ucap Kamila sambil senyum-senyum sendiri, speechless juga Taufan ngirimin lagu buat dia. ^^

###
(Yang tahu lagunya, ikut nyanyi lagi nyok!!! PLAY!!!)

http://www.dailymotion.com/video/x1lgyd_frankie-j-more-than-words_music

Saying I love you
Is not the words I want to hear from you
It's not that I want you not to say
But if you only knew
How easy it would be to show me how you feel

More than words
Is all you have to do to make it real
Then you wouldn't have to say
That you love me, yeah
Cause I'd already know

What would you do (what would you do)
If my heart was torn in two
More than words to show you feel
That your love for me is real
What would you say
If I took those words away
Then you couldn't make things new
Just by saying I Love You

(Just saying I love you, saying I love you)
More than words
(Just saying I love you, saying I love you)

Now that I've tried to (now that I've tried to)
Talk to you and make you understand
All you have to do is
Close your eyes and just reach out your hand
And touch me
Hold me close don't ever let me go

More than words
Is all you ever needed me to show
Then you wouldn't have to say
That you love me, yeah
Cause I already know

(Just saying I love you, saying I love you)
More than words
###

"Wow, More Than Words, Is all you have to do to make it real. Sumpah, Vj Johan suka banget sama lirik lagu yang satu ini. Romantic banget, ya gak sih. Hehe,,, Hmm,,, Gimana dengan kamu-kamu, suka gak? Hoho,,, makanya kalo mau lagu favorit kamu diplay di sini, ayo, ayo, cepetan sms ke 081111111027. Ok, sekarang kita mau telpon seseorang dulu nih. Hmm,,, siapa ya,,,? Halooo,,,???"

Tiba-tiba hape Kamila berbunyi...(Tenang,,, bunyi ringtone-nya bukan Keong Racun Kok, Wkwkwk,,,^^)

"Halo?" Santai Kamila menjawab telpon yang masuk, nomor tak dikenal.

"Dengan Kamila di sana? Ini dengan Vj Johan dari Jonas Radio." Sapa Vj Johan.

"Ya." jawab Kamila singkat, kaget, ternyata dia yang dihubungi.

"Halo Kamila,,, kamu lagi on air nih di Jonas Radio,,, bisa dikecilin dulu volume radionya?"pinta VJ Johan, sopan. (biasa, di radio pan suka gitu^^ hehe,,,)

"Ok, sebentar. Yup, udah." balas Kamila, sedikit lebih rileks.

"Gimana, kaget gak dihubungi sama Jonas Radio?" tanya Vj Johan.

"Ya kaget lah. Ini aja masih deg-degan. Hehe" jawab Kamila.

"Oia,,, Vj Johan manggilnya Mila aja boleh?"

"Ya boleh."

"Ok. Mila pasti penasaran kan kenapa kok tiba-tiba Vj Johan telpun? Haha,," lanjut Vj Johan.

"Sumpah, penasaran banget lah. Eh, tapi aku gak akan dikerjain kan?" tebak Kamila, khawatir kalau-kalau dirinya hanya 'dikerjain' sama seseorang kayak di acara-acara radio sekarang ini.

"Hoho,,, tenang aja Mila, kita gak akan ngerjain kamu kok. Hmm,,, Well, kita terima telpun yang masuk dulu. Bentar ya Mila." balas Vj Johan.

"Halo,,,?" Sapa Vj Johan.

"Halo Vj." jawab seseorang. Tiba-tiba...

"Taufan?" tebak Kamila.

"Malam, Mila!" Sapa Taufan lembut.

"Taufan, ini serius suara kamu?" tanya Kamila, masih sedikit ragu.

"Menurut kamu suara siapa lagi? Fadhil? Hehe,, Iya ini aku Taufan, Mila." Jawab Taufan sedikit bercanda.

"Yup, Mila,,, Halo Mila." kini giliran Vj Johan yang berbicara.

"Ya Vj." balas Mila.

"Jadi gini, Taufan ini kan tadi udah request lagu buat kamu. Nah,,, sekarang ada yang ingin Taufan sampaikan sama kamu. Iya kan, Fan?" jelas Vj Johan.

"Yup!" jawab Taufan singkat.

"Kalo gitu, Vj serahkan langsung aja deh ke Taufan. Silakaaaan..." ucap Vj Johan mempersilakan.

Hening sesaat... (*oia lupa, ditambah backsound lagunya Tompi tadi, kayaknya lebih maknyos! Baiklah, PLAY!!!)

"Hmm,,, emm,,, emm,,, emm,,, Kamu tau Mila, sejak kita pertama kali saling follow di twitter, aku gak pernah nyangka bakal bisa ketemu langsung sama kamu. Bahkan sejak pertemuan yang mengesankan di Resto Kebun KCKBX itu, pertemuan yang serba malu-malu. (senyum, kembali teringat awal mereka bertemu) Itu membuat aku semakin merasa nyaman, lebih dari yang aku rasakan dan aku bayangkan ketika kita hanya komunikasi lewat twitter. Aku sendiri gak ngerti perasaan nyaman itu di sebut apa. Entahlah, aku pun gak tahu apakah perasaan kamu sama dengan yang aku rasakan sekarang atau gak. Terlebih dengan pertemuan-pertemuan yang tak kalah mengesankan setelahnya, kini aku gak ragu lagi untuk mengatakan....mmm... WOULD YOU MARRY ME?" ucap Taufan dengan suara sedikit bergetar terutama saat mengatakan
kalimatnya yang terakhir. (Huhu,, OT, Lup lup lup,,, ^^)

Duggg!!!! .......tak berapa lama...

"mmm,,, Bismillah. Yes, I would." dengan mantap Kamila menerima lamaran Taufan, matanya berkaca. (*cieee,,,)

"Yes,,, Kamila mau, Dhil. Kamila mau nikah sama gue. Kamila mau. Eyang, Kamila bakal jadi bagian keluarga ini. Kamila akan jadi cucu eyang juga." Teriak Taufan kegirangan, masih dengan telpon yang tersambung.

"Iya dong, siapa dulu yang buat kata-katanya, gue!" ucap Fadhil tak kalah keras dari teriakan Taufan.

"Husshh,,, Dhil, jangan kenceng-kenceng dong ngomongnya." balas Taufan, menyuruh Fadhil diam.

"Whatsss?" teriak Kamila, spontan.

***

Hari ke-99 sejak pertemuan mengesankan di Resto Kebun KCKBX. Suasana penuh kebahagiaan menyelimuti kediaman rumah Kamila. Tiba juga hari yang dinanti-nanti. Taufan akhirnya benar-benar datang ke rumah Kamila, melamar secara resmi. Ahh,,, rona bahagia tak pernah lepas dari wajah Kamila sejak Taufan pertama kali melamarnya di Jonas Radio. Momen yang benar-benar tidak akan pernah bisa Kamila lupakan.

Acara lamaran baru saja usai. Dua keluarga calon mempelai sedang sibuk makan siang.

"Maaf, mbak, kalo toilet di sebelah mana ya?" tanya Fadhil kepada khadimat di rumah Kamila (*ane gak tega bilang pembantu atau pelayan euy! ^^)

"Mas lurus aja, trus belok kanan." jawab sang Khadimat.

"Oh iya, makasih mbak." ucap Fadhil berterimakasih.

Ketika Fadhil berjalan menuju toilet, Fadhil melewati sebuah ruang keluarga dan melihat sebuah foto di atas meja bufet.

"Andah,,," ucap Fadhil setengah membatin.

-=BERSAMBUNG=-3

3 Cinta Dalam Satu Hati (7)

Episode Ke Tujuh

Hari ke-62 sejak pertemuan yang mengesankan di Resto Kebun KCKBX. Tepat sebelas hari setelah percakapan serba canggung di rumah Boy. Ada banyak hal tak terduga, tak disangka, tak dikira.

###
*jujur, ini dialog yang paling susah ane lanjutin, secara ane jg bingung harus ngomong apa dlm kondisi kyk begituan. Huhu,,, Baiklah. Lanjutt!*

Flashback start

(sedikit diulang) Sesaat suasana menjadi hening. Semuanya hanya saling diam. Tiba-tiba...

"Kak Mila cantik ya, Kak! Cocok sama Kak Boy yang ganteng! Hehe,,, "ucap Wiwi polos.

"Oia?" balas Boy menanggapi celotehan adiknya, tersenyum.

"Iya. Wiwi seneng deh kalo Kak Mila bisa jadi kakak Wiwi juga. Hehe" tersenyum menatap Boy dan Kamila.

"Ahh,,, Wiwi bisa aja." akhirnya Kamila menanggapi, tersenyum kaku.

Percakapan yang di luar dugaan. Tentu Boy tidak tahu bahwa Kamila sudah ada yang 'punya'. Alhasil, selanjutnya hanya ada 3 ekspresi tanpa kata yang tercipta, Boy tersenyum malu, Kamila tersenyum kaku, dan Rain tersenyum pilu (kasian bener si Rain. ^^). Ahh,,, Wiwi tentu juga tidak tahu apa yang terjadi akibat celotehannya itu, tentang hati yang akhirnya berbunga-bunga, tentang hati yang akhirnya dilema, dan hati yang akhirnya sengsara.

Flashback End
###

Hari ke-62 sejak pertemuan yang mengesankan di Resto Kebun KCKBX. Tepat sebelas hari setelah percakapan serba canggung di rumah Boy. Ada banyak hal tak terduga, tak disangka, tak dikira. Sekali lagi ada banyak hal tak terduga akhirnya terjadi. Seperti hari ini. Kamila diajak Wiwi ke suatu tempat yang menjadi masa lalu bagi '3 sekawan', Fadhil, Taufan, dan Boy. (Sama halnya dengan Boy, Kamila langsung menyukai Wiwi saat pertama kali bertemu. Maka tak heran, jika sepekan terakhir, Wiwi semakin akrab dengan Kamila. Meski Kamila tetap merasa canggung jika harus berhadapan dengan 'Pak Boy').

***

Dalam perjalanan angkot.

"Emangnya kamu mau ajak kakak ke mana, Wi?" tanya Kamila penasaran setelah angkot berjalan 8 menit yang lalu.

"Hmm,,, aku mau ajak kakak ke panti asuhan." jawab Wiwi bersemangat.

"Panti asuhan??? Panti asuhan mana?" tanya Kamila, lagi.

"Kaffa Arjuna. Panti Asuhan Kaffa Arjuna." Jelas Wiwi.

"Kaffa Arjuna??? Bukannya itu panti asuhannya..." belum selesai Kamila membatin, mereka sudah sampai ke tempat yang dituju. (Inget kan kalo Taufan udah pernah cerita tentang panti asuhan Kaffa Arjuna)

"Kiri, pak!" teriak Wiwi kepada sopir, 'minta' turun.

Sesaat setelah mereka sampai di panti asuhan, Wiwi langsung mengajak Kamila ke taman panti. Di sana sedang berlangsung (kyk pertandingan bola aja, hehe^^) les bahasa Inggris yang memang rutin diadakan untuk anak-anak panti. Ternyata ada bagian cerita yang tidak Taufan ceritakan kepada Kamila. Cerita yang akan menjawab tuntas atas pertanyaan di episode 6: "bagaimana mereka bisa saling mengenal saat dewasa? Bukankah saat mereka berpisah, mereka masih sangat kecil? Tentu banyak perubahan yang telah terjadi. Sekali lagi, bagaimana mereka akhirnya bisa saling mengenal saat dewasa?"

Adalah Wiwi yang mempertemukan kembali si kembar dan Boy. Tentu semua masih ingat tentang perkataan Wiwi di episode 2, "Hmm,,,kalo aja Kak Boy pinter bahasa Inggris kayak mentor itu." Yup, mentor itu adalah Fadhil. Fadhil lah yang mengajar les bahasa Inggris gratis di panti asuhan Kaffa Arjuna dan Wiwi adalah salah satu muridnya.

Adalah Wiwi pula yang menceritakan tentang mentor itu kepada Boy. Boy terperanjat kaget sekaligus senang mengetahui keberadaan si kembar, walau separuh hatinya masih dipenuhi keraguan, apakah itu Fadhil si kembar teman pantinya dulu? Malas terus menerus dalam keraguan, Boy memutuskan pergi ke panti untuk memastikan semuanya.

###
Flashback start

"Fadhil..." ragu-ragu Boy memanggil orang yang ada di depannya.

"Ya (senyum)" Jawab Fadhil singkat.

"Gue Boy, dhil. Gue Boy si anak panti." jelas Boy bersemangat.

Diam sesaat, mencoba mengingat-ngingat, "Boy? Lu Boy..." tanpa merasa perlu melanjutkan kalimatnya, Fadhil langsung memeluk Boy. Lama. (Huhu,,,T_T)

Sejak itulah, hubungan pertemanan 3 sekawan panti itu kembali terjalin. Ahhh,,, betapa bahagianya mereka. Bagaimana tidak, sejatinya mereka tidak pernah jauh sejak setahun terakhir ini. Bagian ini mungkin juga tidak diceritakan Taufan kepada Kamila. Bagian tentang Eyang, Fadhil, dan Taufan yang akhirnya memutuskan untuk kembali ke kota 'kelahiran' si kembar, kota tempat panti asuhan itu berada.

Rasa kangen serta keinginan balas budi terhadap panti asuhan itulah, yang membawa mereka kembali. Eyang setuju. Mungkin sudah saatnya si kembar memilih jalan hidupnya sendiri, pikir eyang waktu itu. Fadhil yang memang jago Bahasa Inggris, secara suka rela mengadakan les bahasa Inggris gratis di panti asuhan, yang juga diikuti oleh Wiwi.

Boy sendiri sejak dulu tidak pernah tinggal jauh dari panti. Tempat kuliah yang berdekatan dengan panti, membuat Boy tidak bisa jauh dari tempat itu. Terlebih setelah Boy akhirnya diterima sebagai dosen di kampusnya sendiri. Meski begitu, Boy hampir tidak pernah berkunjung ke panti lagi, barang sekali pun. Berbeda dengan Wiwi. Boy memang tetap mengizinkan Wiwi untuk sesekali berkunjung ke sana. Boy sadar, Wiwi butuh teman-teman yang baik di masa kanak-kanaknya. Yang Boy tidak tahu, ternyata Wiwi malah hampir setiap hari berkunjung ke panti. Dan suatu hari saat Wiwi mengunjungi panti itulah, Wiwi bertemu dengan 'si kembar' Fadhil.

Flashback end
###

"What is your dream? Apa mimpimu? Tema yang akan kita bahas hari ini (senyum)." ucap Fadhil membuka pertemuan.

Lanjut Fadhil, "Dan sekarang, kakak ingin tahu, apa sih mimpi adik-adik semua? Adik-adik ingin menjadi apa jika sudah besar nanti? Mau jadi dokter, pilot, astronot, atau apa... Sekarang siapa yang berani maju ke depan dan jangan lupa ucapkan dalam bahasa Inggris, ok?"

"Assalamu'alaikum. Kak Fadhil, maaf Wiwi terlambat. Masih boleh ikut kak." ucap Wiwi.

"Waalaikumussalam. Silakan, Wi. Gapapa. Ayo duduk." balas Fadhil mempersilakan.

"Fadhil,,,?" akhirnya Kamila buka suara, sedikit kaget (senyum).

"Kamila,,,? balas Fadhil tak kalah kaget, tak sadar ada Kamila di samping Wiwi, sama tak sadarnya ketika wajah Fadhil langsung berubah sumringah, senang.

"Ya baik adik-adik semua. Hari ini kita kedatangan tamu yang sangat spesial. Namanya Kak Mila. Ayo Mila ke sini." tanpa persetujuan lebih dulu, Fadhil langsung memperkenalkan Kamila sebagai 'tamu spesial' hari itu.

"Apaan sih Fadhil. Aku kan..." belum sempat Kamila menolak, anak-anak sudah bertepuk tangan senang, termasuk juga Wiwi yang sudah duduk manis di tempatnya.

Jadilah Kamila 'partner' Fadhil mengajar Bahasa Inggris hari itu. Awalnya Kamila merasa canggung, maklum, Kamila kan jurusan kedokteran, tidak ada bakat untuk mengajar. Tapi Fadhil berhasil membawa suasana menjadi cair dan menyenangkan.

Satu jam kemudian, les Bahasa Inggris itu akhirnya selesai. Kamila, Wiwi, dan Fadhil berjalan berbarengan menuju gerbang panti.

Tiba-tiba dari arah belakang,"Nak Fadhil,,, tunggu sebentar, nak,,,!" panggil seseorang menyebut nama Fadhil, ternyata seorang ibu-ibu gendut, salah satu petugas panti. Fadhil, Kamila, dan Wiwi pun menoleh berbarengan (ya ampun, kan yg dipanggil Fadhil doang, napa semuanya pada nengok??? Hehe^^).

"Bu Yoan. Ya ada apa, bu?" balas Fadhil.

"Gini nak, ibu mau membicarakan tentang program panti yang..." kalimat Bu Yoan terputus. "(menunjuk Kamila) Ini pacar Nak Fadhil? Wahh,,, cantiknya..."

ALAMAKKKK!!!

-=BERSAMBUNG=-

3 Cinta Dalam Satu Hati (6)

Episode Ke Enam

Hari ke-51 sejak pertemuan mengesankan di Resto Kebun KCKBX. Taufan, adalah Taufan yang memanggil nama Kamila malam itu. Taufan sendiri kaget mendapati Kamila yang mengantar Wiwi pulang.

###
"Taufan..." balas Kamila tak kalah kaget (senyum). "Kenapa kamu ada di sini, Fan?" Lanjut Kamila.

"Wiwi..." tiba-tiba seseorang di belakang Taufan memanggil nama anak kecil tadi.

"Kak Boy..." Wiwi langsung lari memeluk kakaknya.
###

Sore itu, selesai les bahasa Inggris, sesuai janji, Wiwi memang datang ke UBB untuk menemui Kakaknya. Tapi seseorang salah mengira dan memberi info yang keliru pada Wiwi. Mengetahui kakaknya sudah pulang, Wiwi pun memutuskan untuk pulang sore itu juga. Dan 'tak sengaja' bertemu Kamila. Padahal, Boy sebenarnya sedang berada di ruang Perpustakaan, mempersiapkan bahan ajar untuk esok harinya.

Heran sekaligus cemas adikknya belum juga datang ke UBB, Boy akhirnya pulang ke rumah, "Mungkin Wiwi lupa dengan janjinya" batin Boy menenangkan diri. Perasaan cemas seketika berubah panik ketika Boy tidak mendapati adiknya di dalam rumah. Sudah mencari ke sana ke mari, tetap saja Boy tidak menemukan Wiwi. Akhirnya Boy memuntuskan untuk menghubungi Taufan, meminta bantuan.

Teman lama. Boy adalah teman lama yang ditemui Taufan sesaat sebelum menonton pertunjukan teater kampus bersama Kamila (ayoo,,, ada yang bener gak tebakannya? Hehe^^). Boy tentu saja tidak tahu, kalau yang akan ditemui Taufan saat itu adalah Kamila, mahasiswi yang selama ini, diam-diam Boy kagumi (ayyeyyy,,, mulai ketahuan nih,,, Hoho,,, sabar,,, sabar,,,).

###
Flashback start

15 tahun yang lalu di Panti Asuhan Kaffa Arjuna.

Fadhil dan Taufan  berusia 6 tahun ketika eyang menemukan mereka di panti asuhan. Ya, sebelum tinggal dengan eyang, Fadhil dan Taufan menghabiskan 6 tahun masa kecil mereka di panti asuhan. Waktu itu, Fadhil dan Taufan tidak mengerti mengapa mereka dibawa pergi dari panti oleh eyang. Hanya satu penjelasan yang mereka terima, mereka adalah cucu eyang yang hilang 6 tahun lalu. Artinya, sejak bayi, Fadhil dan Taufan sudah tinggal di panti asuhan.

"Hey kembar! Kalian mau ke mana? Gak ikut main bola? tanya Boy 'kecil' polos, sesaat sebelum Fadhil dan Taufan pergi meninggalkan panti.

"Eng,,, main bola??? Hayu (tersenyum senang)!" jawab Fadhil sama polosnya, berlari kecil menghampiri Boy.

Menahan lengan Fadhil, "Husshh,,, dhil, kita kan mau pergi sama eyang itu!" menunjuk eyang yang sudah bersiap di depan panti.

"Oh,, iya ya,, hehe" balas Fadhil cengengesan, menggaruk kepala yang tak gatal.

"Kalian memangnya mau ke mana?" tanya Boy untuk ke dua kalinya, dengan mata sedikit berkaca, takut sekali si kembar diambil seperti anak panti yang lain, ADOPSI.

"Ayo Fadhil, Taufan, kita pergi sekarang." ucap eyang sambil memegang tangan si kembar, pergi.

(Bayanginnya pake efek slow motion, ya ^^ biar lebih dapet feelnya. hoho... ^^)

Sesaat Boy hanya menatap bisu si kembar yang mulai menjauh. Air mata mulai menetes di pipinya. Yang ditatap hanya bisa diam menurut, sesekali menengok ke belakang, menatap Boy, kawan sepermainan mereka. Dan tiba-tiba...

"Jangaaaaann,,, JANGAN AMBIL SI KEMBARRRRRRR!!!" teriak Boy berlari menyusul si kembar, terisak. (Huhu,,, T_T)

Dengan sekuat tenaga Boy menahan tangan si kembar, berebut dengan tangan eyang. "Lepas, lepasin merekaaa," teriak Boy marah, masih dengan wajah terisak. Seketika itu juga, petugas panti berlari menghampiri 'keributan' yang ada, mencoba melerai.

"Sudah,,, biarkan,,, biarkan mereka berpamitan sebelum pergi," ucap eyang kepada petugas panti asuhan, membiarkan tiga bocah sekawan itu berbicara, yang mungkin untuk terakhir kalinya.

Sambil memegang bahu Fadhil dan Taufan, "(menatap dalam) Kalian gak akan ninggalin Boy sendirian di sini kan? Ayo jawab! Kenapa diem aja!" Tanya Boy, memaksa.

"(menunduk) Kami gak tahu, Boy. Kami gak tahu akan kembali lagi ke sini atau gak." Taufan yang menjawab, parau. Terlihat sekali Tufan menahan isaknya. Sedangkan Fadhil, sudah sedari tadi menangis terisak, banjir air mata.

Hening,,, tidak ada lagi dialog selanjutnya. Mereka hanya diam, terisak dalam, seketika suasana menjadi begitu syahdu.

"Ayo Fadhil, Taufan, kita pergi sekarang," ucap eyang memecah keheningan yang sempat tercipta, memegang tangan si kembar, beranjak pergi.

Flashback end
###

Bagaimana dengan Boy? Boy sendiri tetap di panti asuhan sampai lulus SMA. Boy selalu membenci apa yang disebut ADOPSI. Dia membenci orang-orang yang telah mengambil teman-temannya di panti, walau kasus si kembar tentu berbeda. Kebencian itulah yang membuat Boy selalu menolak saat ada orang yang ingin mengadopsi dirinya.

Tapi, sepertinya Tuhan masih berbaik hati kepada Boy. Selepas ditinggal Fadhil dan Taufan, hadirlah Wiwi. Seorang gadis kecil yang hadir 3 tahun kemudian. Tanpa perlu waktu lama, Boy dan Wiwi langsung akrab, walau umur mereka terpaut cukup jauh. Jadilah Wiwi 'adik' bagi Boy. Tak tanggung-tanggung, Boy bahkan mengajak Wiwi untuk tinggal bersamanya, pergi dari panti asuhan selepas Boy lulus SMA. Pergi dengan baik-baik.

Sudah sejak lama Boy merencanakan hidup mandiri, lepas dari panti. Tentu alasannya bukan karena dia benci dengan panti, Boy hanya tidak ingin merepotkan panti lagi, makanya Boy memutuskan untuk pergi, dan mengajak Wiwi. Begitulah.

###

Malam itu, Taufan akhirnya mengantar Kamila pulang. Dalam perjalanan pulang itulah, Taufan menceritakan semuanya kepada Kamila. Tentang 'teman lama' si kembar yang telah lama dicari. Tanpa sadar, pandangan Kamila terhadap Boy pun perlahan berubah. Yang tadinya tidak suka berbalik menjadi simpatik.

Lalu, bagaimana mereka bisa saling mengenal saat dewasa? Bukankah saat mereka berpisah, mereka masih sangat kecil? Tentu banyak perubahan yang telah terjadi. Sekali lagi, bagaimana mereka akhirnya bisa saling mengenal saat dewasa? Episode tujuh akan menjelaskan semuanya. (Untuk kesekian kalinya, ane cuma bisa bilang, "sabar ya". Hehe^^)

***

"Rain, abis kuliah, ada waktu gak?" tanya Kamila kepada Rain.

"Mo ngapain emangnya, Mil? Rain balik bertanya.

"Temenin aku ke rumah Pak Boy." jawab Kamila.

"Pak Boy? Hoho,,, Mauuuu,,, But, waittt!!! Ke rumah Pak Boy? Serius? Mau ngapain? " tanya Rain lagi, senang sekaligus kaget.

"Serius lah. Aku mau jenguk adiknya Pak Boy." jelas Kamila santai.

"Adiknya Pak Boy?" tanya Rain untuk ke sekian kalinya, dengan wajah sedikit cemberut, merasa dirinya kalah start dari Kamila. (*Wkwkwk)

"Iya,,, pokoknya nanti aku ceritain deh. Tapi kamu mau kan temenin aku. Okeh! Tenang aja Rain, aku gak akan rebut Pak Boy dari kamu, kok! Hehe,," jawab Kamila, menggoda Rain.

"Okelah kalau begitu. (tersenyum senang) Pokoknya Pak Boy cuma milik aku seorang (Alaahhh,,, lebay nih si Rain,,, Hehe ^^). Lagi pula kamu kan udah ada Taufan, ya kan? Cie,,, ciee,,!" kini giliran Rain yang menggoda Kamila.

"(tersenyum jahil) Ya tergantung juga, kalo Taufan tiba-tiba pergi, aku gak janji! Hahaha,,," canda Kamila.

"Ihhh,,, Kamila kamu maruk banget sihh,,,  Hahaha,," ikut tertawa.

***

Kamila dan Rain baru saja turun dari taksi, berhenti di depan gang rumah 'Pak Boy' mereka.

Berjalan bersisian "Ohh,,, jadi yang kecelakaan di depan UBB itu adiknya Pak Boy toh. Dan kamu yang bawa dia ke RS CINDAHA. Hmm,," ucap Rain setelah Kamila menjelaskan kejadian kemarin sore.

"Yup. Jadi sekarang kamu yakin kan aku gak ada feel apa pun sama Pak Boy." jelas Kamila mengakhiri ceritanya.

"Ya iyalah aku yakin. Kalo kamu suka sama Pak Boy, ya udah, Taufan buat aku aja kalo gitu. Hahaha,,," canda Rain.

"Dasaar!!!" balas Kamila kesal, mencubit tangan Rain.

"Hahaha,,, takut nih yee,,, pangerannya diambil orang." goda Rain, lagi.

"(tersenyum malu),,, apa sih Rain. Udah ah. Itu rumahnya (menunjuk rumah Boy). Yuk!" ucap Kamila mengakhiri obrolan mereka.

***

@Depan rumah Boy.

"Assalamu'alaikum!" salam Kamila dan Rain bersamaan.

"Wa'alaikumussalam, sebentar!" jawab penghuni rumah.

"(Buka pintu) Kak Mila. Silakan masuk, kak!"

"Iya, Wi. Yuk, masuk Rain!" Ajak Kamila kepada Rain.

@Ruang Tamu

"Oh ya, wi. Kenalkan, ini Kak Rain, teman kakak." ucap Kamila memperkenalkan Rain.

"Hai Wiwi. Wiwi adiknya Pak Boy, ya. Duhh,, lucu banget muka kamu. Sama kayak Pak Boy. Upss!!! Hehe,,," ucap Rain kelepasan, tidak sadar menyebut Boy lucu.

"(menengok Rain) Husshh,,, Rain, kamu ngomong apa sih! (senyum) mmm,,, ini Wi, ada sedikit 'oleh-oleh' buat kamu (menyerahkan bingkisan makanan)." ucap Kamila, mengalihkan pembicaraan.

"Apa ini. Duh,,, gak usah repot-repot kak." balas Wiwi.

"Gak apa-apa kok, Wi." jawab Kamila.

"Kalo gitu, makasih ya Kak. Oh ya, Wiwi ke dapur sebentar ya. Kak Mila dan Kak Rain mau minum apa?" tanya Wiwi, menawarkan minum.

"Apa aja Wi (senyum). Oia, kalo gitu, kakak ikut ya." tanpa ba-bi-bu, Kamila langsung beranjak ke dapur bersama Wiwi.

"Aku ikut juga ya." ucap Rain, memutuskan ikut ke dapur, merasa dari tadi 'dikacangin'.

"Gak usah, kamu tunggu aja di sini. Okeh Rain (senyum)" balas Kamila.

Belum sempat Rain membalas, Kamila dan Wiwi sudah beranjak ke dapur. Tak berapa lama kemudian.

"Assalamu'alaikum!" sapa seseorang.

"Wa'alaikumussalam!" jawab Rain yang berada sendirian di ruang tamu. "Eh,, Pak Boy!"

"Kamu??? Kenapa..." belum sempat Boy menyempurnakan kalimatnya, Kamila dan Wiwi sudah kembali dari dapur.

"Kak Boy udah pulang." ucap Wiwi senang kakaknya sudah pulang. Sigap sang adik mengambil tas kakaknya, menyuruhnya duduk.

Sesaat suasana menjadi hening. Semuanya hanya saling diam. Tiba-tiba...

"Kak Mila cantik ya, Kak! Cocok sama Kak Boy yang ganteng! Hehe,,, "ucap Wiwi polos.

-=BERSAMBUNG=-

3 Cinta Dalam Satu Hati (5)

Episode Ke Lima

Hari ke-49 sejak pertemuan mengesankan di Resto Kebun KCKBX. Semuanya berjalan tak kalah mengesankan seperti saat pertama kali mereka bertemu. Bahkan kini, minimal satu kali per pekan, Kamila menyempatkan berkunjung ke rumah Taufan, menemui eyang. Melakukan banyak hal, menemani eyang ngobrol, belajar membuat Pisang Goreng Keju dengan eyang, membuat jus semangka untuk Taufan, mengajak eyang dan Taufan jalan-jalan, diajak Taufan berkeliling gang, dan masih banyak lagi. Setiap momen dirasakan Kamila begitu mendalam. Sekali lagi, semuanya terasa begitu mengesankan.

Hari ke-49 sejak pertemuan mengesankan di Resto Kebun KCKBX. Taufan semakin memahami Kamila. Tahu kenapa Kamila sangat suka jus semangka, kenapa Kamila ingin menjadi dokter, kenapa Kamila sangat suka warna merah, kenapa Kamila suka sekali mendengarkan radio sebelum tidur, kenapa Kamila takut melihat ondel-ondel dan lainnya. Taufan semakin hafal kebiasaan Kamila. Kebiasaan mengusap ujung rambut saat Kamila merasa malu, kebiasaan menggaruk telapak tangan saat Kamila merasa tegang, kebiasaan menggunakan tangan kiri saat Kamila mengupas buah , kebiasaan menempelkan botol dingin saat Kamila berkeringat, dan lainnya.

Semakin serius hubungan Taufan dan Kamila, semakin sering pula Taufan curhat ke Fadhil, adik kembarnya. Hampir setiap malam Taufan curhat ke Fadhil, bilang betapa Taufan sangat yakin dengan pilihan hatinya, betapa Taufan sangat berharap Kamila bisa menjadi pendamping hidupnya kelak, betapa Taufan berharap Kamila menerima cintanya. Kamila, Kamila, dan Kamila. Tidak ada pembahasan lain yang dibicarakan Taufan kecuali tentang Kamila. Seperti malam ini, untuk ke sekian kalinya, Taufan curhat ke Fadhil.

"mmm,,, Dhil, gue mau minta tolong sama lu." ragu-ragu Taufan membuka pembicaraan.

"Apa?" tanya Fadhil singkat, enggan beralih dari buku yang sedang dibacanya.

"Stop dulu dong bacanya, gue mau ngomong serius nih." balas Taufan sedikit memelas.

"Iya,,, iya,,, minta tolong apa sih?" Kembali Fadhil mengulang pertanyaannya, menaruh buku bacaannya, bersiap mendengarkan.

"Hehe,,, iya. mmm... gue,,, gue mau lamar Kamila. Menurut lu gimana?" Tanya Taufan polos, meminta pendapat.

"Whats??? Serius lu?" Tanya Fadhil kaget.

"Ya iya lah gue serius." jawab Taufan dengan wajah tak kalah serius.

"Yakin?" Tanya Fadhil lagi, mencoba memastikan.

"Sangat yakin!" jawab Taufan semangat.

"Terus???" Tanya Fadhil lagi.

"Terus apa???" Taufan sedikit tidak paham pertanyaan Fadhil.

"Ya iya, trus lu mau minta tolong apa sama gue?" Fadhil kembali ke pertanyaan awal.

"Oh,,, hehe. Gue mau lu bantuin gue buat lamar Kamila." Jawab Taufan malu-malu.

"Caranya?" tanya Fadhil lagi. (Ya ampun, Fadhil banyak tanya amat yak. Hehe,,,^^)

Taufan pun mendekatkan mulutnya ke telinga Fadhil. Membisikan sesuatu. (Haha,,, pasti pada penasaran apa yang dibisikin Taufan ke Fadhil. Tunggu episode spesialnya ya. Hoho,,, ^^)

"Gimana? Kira-kira bisa gak lu bantuin gue?" Tanya Taufan setelah memberitahukan rencananya.

"mmm,,, Ok deh, sip!" jawab Fadhil, meng-iya-kan.

"Hoho,,, makasih adikku!" girang Taufan, tanpa sadar mencubit-cubit pipi Fadhil, ditambah sedikit menggoyang-goyangkannya (wkwkwk,,, gak kebayang Taufan ngelakuin ini di KCK ^^)

"Ihhh,,, apa-apaan sih lu. Biasa aja kali." ucap Fadhil mencoba melepaskan tangan Taufan dari pipinya, jijik juga dipegang-pegang Taufan. (wkwkwkwk :D)

"Hehe,, sorry Dhil. Kelepasan. Thanks ya brow." ucap Taufan dengan senyum cengengesan.

"Iya,, iya,, udah sana,,, gue mau lanjutin baca. Ok!"

"Ok brow. Sekali lagi thanks ya kembaranku!" Jahil, Taufan untuk ke dua kalinya mencubit pipi Fadhil, buru-buru beranjak pergi.

"Dasar!" balas Fadhil, sambil melemparkan bantal, tersenyum.

"(memandang setengah ke atas) Hmm,,, Andah,,, bagaimana kabar kamu di sana, sayang?" batin Fadhil sesak, mendesah pelan.

***

@ Gerbang Universitas Bebas Berekspresi (UBB).

Hari ke-50 sejak pertemuan mengesankan di Resto Kebun KCKBX. Cuaca sore hari yang panas. Kamila baru saja selesai kuliah, hendak membeli sebotol minuman dingin.

"Gak ada uang pas, neng?" Tanya pedagang asongan kepada Kamila.

"Duh,, gak ada Pak. Gimana ya?" Jawab Kamila bingung.

"Nih pak uangnya (senyum)." Tiba-tiba seorang anak kecil memberikan uang kepada pedagang asongan tersebut.

"Ehh,, dek,,, gak usah." ucap Kamila.

"Gak papa kok, Kak. Nih Pak uangnya." Kembali sang anak menyerahkan uang ke pedagang asongan, yang tadi sempat ditahan oleh Kamila.

"Oh iya, makasih neng kecil." Pedagang asongan pun berlalu pergi.

"Makasih ya, dek." ucap Kamila.

"Sama-sama, Kak." Sambil beranjak pergi.

"Ehh,, tunggu dek! Menahan tangan anak kecil tadi. "Ini buat kamu." Sambil menyerahkan sebatang coklat.

"Gak usah, Kak. Gak usah repot-repot." jawab si anak kecil, sungkan.

"Gapapa. Ini buat kamu. Anggap aja ini hadiah kebaikan kamu karena udah nolong kakak. Ayo ambil." sedikit memaksa Kamila menaruh coklatnya di atas telapak tangan si anak kecil.

"mmm,,, makasih ya kak." Akhirnya si anak kecil menerima pemberian Kamila.

"Kakak yang harusnya terima kasih." balas Kamila, tersenyum tulus.

" (senyum) Kalau gitu, saya permisi dulu ya, Kak." perlahan pergi sambil melambaikan tangan ke arah Kamila, hendak menyebrang jalan.

"AWASSSSSSSSSS!!!" teriak Kamila.

***

Sore itu, Kamila dan beberapa orang yang melihat kejadian, langsung membawa si anak kecil ke RS CINDAHA, RS milik UBB. Cemas, Kamila mondar-mandir macam setrikaan di depan ruang UGD.

"Permisi, Mbak! Mbak keluarga pasien? Silakan mengisi data administrasi terlebih dahulu." ucap seorang suster sambil menunjuk ke tempat administrasi.

"Ehh,,, Eng,,, iya suster!" ragu Kamila mengikuti langkah suster tadi.

"Nama? Siapa ya nama anak itu?" gumam Kamila bingung, hendak mengisi form data pasien.

"Kenapa, mbak?" tanya petugas administrasi melihat muka bingung Kamila.

"Gini pak, sebenarnya saya gak siapa nama anak kecil tadi." jawab Kamila jujur.

"Loh? Bukannya mbak keluarga pasien?" Tanya petugas administrasi heran.

"Bukan, Pak. Saya bukan siapa-siapanya. Cuma, tadi saya yang melihat kecelakaan, jadi saya yang bawa dia ke sini." Jelas Kamila.

"Oh gitu. Hmm,, gimana ya? Datanya harus jelas soalnya, Mbak." (gini nih RS di Indonesia, ribet dah kalo masalah administrasi, Huh' T_T)

"Kalo diisi nama saya aja gimana, Pak?" ucap Kamila, mencoba memberi solusi.

"Ya sudah, silakan." Jawab petugas administrasi, ketus.

Selesai mengisi data administrasi, Kamila kembali ke depan ruang UGD. Seorang dokter akhirnya keluar dari dalam ruang UGD.

"Gimana Dok keadaan anak tadi?" tanya Kamila tidak sabar.

"Alhamdulillah dia baik-baik saja. Hanya luka lecet di lengan dan kakinya. Tadi sempat pingsan, mungkin karena shock." jelas dokter.

"Apakah harus dirawat inap, dok? tanya Kamila.

"Tidak, tidak perlu. Hari ini juga boleh langsung dibawa pulang." jawab dokter.

"Alhamdulillah kalo gitu. Terimakasih, dok!" tersenyum lega.

***

Selepas dari RS CINDAHA, Kamila langsung mengantar si anak kecil pulang.

@ Depan rumah si anak kecil.

"Beneran kamu gak apa-apa, dek?" tanya Kamila untuk ke sekian kalinya.

"Iya kak, aku gak apa-apa kok. Yuk kak, masuk dulu." Ajak si anak kecil.

"Gak usah dek, kakak langsung pulang aja. Udah malam (senyum). Oia, kakak sampai lupa, siapa nama kamu?" tanya Kamila, sadar sedari tadi cuma bilang 'adek'.

"Wiwi,,, nama aku Wiwi, kak." jawab si anak kecil.

Tiba-tiba...

"Kamila..." terdengar seseorang memanggil nama Kamila.

-=BERSAMBUNG=-

3 Cinta Dalam Satu Hati (4)

Episode Ke Empat

Hari ke-31 sejak pertemuan yang mengesankan di Resto Kebun KCKBX. Kamila sedang menunggu kelas berikutnya dimulai. Pikirannya masih dipenuhi memori kunjungan ke rumah Taufan dua hari yang lalu.  Dalam percakapan 1 jam 13 menit itu, banyak hal yang mereka bertiga obrolkan. Walau sebenarnya, Kamila lebih banyak mendengarkan, selebihnya eyang yang berbicara, lebih tepatnya bercerita. Taufan sendiri hanya sesekali menambahkan.

###
"Berbeda itu sempurna," ucap eyang mengawali ceritanya (senyum). *Kalimat favorit ane nih, hehe ^^

"Maksudnya eyang?" tanya Kamila yang duduk di hadapan eyang. (sabar napa mil, baru juga mulai, udah nanya aja. Hehe ^^ Peace!)

"Ya, berbeda itu sempurna, ungkapan yang sangat tepat ditujukan untuk menggambarkan Taufan dan Fadhil (menatap Taufan yang duduk di sampingnya)." Yang ditatap tersenyum malu.

Lanjut eyang, "Walau pun kembar, Taufan dan Fadhil sangat berbeda satu sama lain. Memang benar, wajah mereka bagai pinang di belah dua, tapi sifat, kebiasaan, hobi, minat??? Hmm,,, bagai kopi dan susu. Yang satu pahit, yang satu manis. Tapi seperti halnya kopi dan susu, ketika keduanya dicampurkan menjadi kopi susu, kita tetap tidak kehilangan rasa kopinya mau pun rasa susunya, bahkan rasanya mungkin lebih enak, lebih mantap (sambil mengacungkan jempolnya 'like this'nya)."

Kamila hanya tersenyum mendengar perumpamaan yang digunakan eyang, baru kali ini ia dengar peribahasa, kembar bagai kopi dan susu.

"Fadhil, seseorang dengan hati yang sangat lembut, penuh perhatian, dan seorang pembelajar sejati. Seseorang yang sangat ceria, ringan berteman dengan siapa saja. Walau sejak 2 tahun yang lalu, sikapnya menjadi lebih pendiam."

"2 tahun yang lalu? Ada apa dengan 2 tahun yang lalu?" tanya Kamila dalam hati, enggan bertanya langsung.

"2 tahun lalu,,, ah,,, esok lusa mungkin Taufan akan menceritakannya sama kamu, Kamila (tersenyum)" Lanjut eyang, seolah bisa membaca pikiran Kamila.

"Sedangkan Taufan, kebalikannya dari Fadhil. Keras kepala, cuek, tidak suka belajar." Yang dibicarakan tersenyum kecut, merasa penggambaran eyang berlebihan, gak ada bagus-bagusnya. Kamila hanya tersenyum melihat wajah Taufan yang cemberut.

"Tapi,,, (lanjut eyang sambil melirik ke arah Taufan) Taufan juga seorang pekerja keras, teguh pendirian, dan satu lagi yang paling penting, SETIA." Seketika wajah cemberut Taufan berganti dengan simpul senyum malu-malu. (Ciee... ^^)

"Tentang hal lainnya, kamu bisa menanyakannya langsung pada Taufan, Kamila."

"Iya eyang." ucap Kamila singkat.

Hening sesaat.

"Hmm,,, Oia, eyang lupa, kamu mau minum apa, Kamila?" Tanya eyang, teringat sedari tadi belum menawarkan apa pun ke Kamila.

"Eh,,, gak usah repot-repot eyang (senyum)," jawab Kamila.

"Udah gapapa, gak repot kok. Kalo gitu eyang ke dapur dulu ya. Eyang tinggal sebentar." ucap eyang, beranjak menuju dapur.

Kini tinggal mereka berdua.

"Eng,,,mmm,,, Fan,, kamu dan Fadhil tinggal di sini cuma sama eyang aja? Orang tua kamu?" Ragu-ragu Kamila bertanya kepada Taufan, sedari tadi memperhatikan, tidak ada sedikit pun cerita tentang orang tua si kembar.

"Mereka udah lama meninggal." jawab Taufan singkat.

"Owhh,,, Sorry." Ucap Kamila merasa bersalah dengan pertanyaannya tadi.

"Gapapa kok. Nyantai aja (senyum). Hmm,,, Sekarang, aku dan Fadhil cuma punya eyang, orang yang paling kita sayang." kini giliran Taufan bercerita.

"Aku rasa, aku juga mulai sayang sama eyang kamu, Fan. Hehe,,," ucap Kamila sambil sedikit tertawa, mencoba melumerkan suasana yang mulai serius. "Dan aku juga sayang kamu, Taufan." Lanjut Kamila. Taufan hanya tersenyum mendengar kalimat Kamila barusan. Tentu saja kalimat yang pertama, karena kalimat yang kedua hanya diucapkan dalam hati Kamila. Hehe ^^

"Makanya sekarang, gak ada yang lebih penting bagi aku dan Fadhil, selain melihat eyang tersenyum. Apa pun yang aku dan Fadhil lakukan saat ini, tidak lebih hanya berharap bisa membuat eyang bahagia. Rasanya itu sudah lebih dari cukup."

"Beruntung sekali eyang kamu, Fan."

"Beruntung??? (senyum) Justru aku dan Fadhil yang beruntung punya eyang, Mila. Kamu tahu, dulu... sebelum eyang menemukan kami...
###

"Mil, Milaaaa, dosennya udah masuk tuh, bengong aja dari tadi." ucap Rain sedikit teriak, membuyarkan lamunan Kamila.

"Ehh,,, iya."tersontak kaget, Kamila langsung menatap ke depan kelas. Wajah Taufan saat menceritakan tentang lika-liku hidupnya masih terbayang jelas dalam pikiran. Hmm,,,,

***

"Pagi semuanya!"

"Paaagiiii, Pak!"

"Bagaimana, tugas makalah yang saya berikan pekan lalu sudah selesai semua? Sekarang, siapa yang bersedia mempresentasikan hasil makalahnya di depan? Ada? ... Kalau tidak ada, akan saya tunjuk. Bagaimana? Ada?" panjang Pak Boy mengawali kuliahnya, langsung ke topik kuliah. Tiba-tiba...

"Permisi, Pak!" ucap seorang mahasiswa, dengan muka pias, terlihat sekali dia ngos-ngosan berlari menuju kelas. "Maaf saya telat, Pak!"

(Upss,,, lupa. Just info dari ane, jd inget waktu kuliah Bahasa Indonesia semester 1, dosen ane bilang "telat" gak ada dalam kamus bahasa Indonesia, yang ada kata "terlambat", coz ternyata kata "telat" berasal dari bahasa Belanda. Begitu. Hehe,, ^^ Ok. Kita ulangi lagi)

"Maaf saya terlambat, Pak! Tadi di jalan tiba-tiba mobil saya mogok, trus saya akhirnya cari taksi, eh di tengah jalan, taksinya nabrak angkot, supir angkotnya marah-marah, supir taksinya gak terima, trus..." (ni mahasiswa gak penting banget sih, hehe ^^)

"Ok, cukup. Tidak apa-apa. Silakan masuk." ucap Pak Boy memotong kalimat mahasiswanya, tersenyum.

###
"Duh,,, Pak Boy baik banget sihh,,, makin sukaaa deh. Iya kan, Mila?" menengok ke arah Kamila. Yang diajak bicara hanya diam, sibuk dengan pikirannya sendiri.

"(dalam hati) taksi??? Ohh,,,ya, ya, ya,,, aku ingat sekarang. Pantes aja, kayaknya aku dah pernah liat Pak Boy. Huh' ternyata dia yang dulu rebut taksi aku waktu pertama kali mau ketemu Taufan." dengus Kamila kesal.

"Woiii,,, ampun dah ni anak, dari tadi kerjaannya bengong aja. Mil, mila,,," tak sadar Rain teriak memanggil Kamila.

"Ehh,, eng,,,iya,, iya,,, dia banget ya,,,hehe" ucap Kamila berpura-pura mendengar ucapan Rain, senyum terpaksa.
###

"Mila, siapa yang bernama Mila?" tiba-tiba Pak Boy memanggil nama Kamila.

"Oh,, ya,, saya, Pak? Bapak manggil saya (menunjuk diri sendiri)?"

"Oia, kamu Mila. Silakan presentasikan hasil makalah kamu." langsung Pak Boy menunjuk Kamila maju ke depan. "Mi..la.., jadi dia namanya Mila" benak Boy dalam hati. (ya elah mas boy, emangnye kagak pernah diabsen ya kalo di kelas, hadeeuuhhh,,, gemes deh ah. ^^)

"Ahh,, kamu sih Rain," sambil cemberut melirik ke arah Rain.

"Hehe,, sorry."

3 Cinta Dalam Satu Hati (3)

Episode Ke Tiga

Hari ke-29 sejak pertemuan mengesankan di Resto Kebun KCKBX. Ini adalah kali ke tiga mereka bertemu. Taufan mengajak Kamila ke suatu tempat. Tempat yang akan membuat hubungan mereka jauh meningkat dari yang sebelumnya.

###
Flashback start

Kapan kita bisa ketemu lagi @kamila ******
Kalo besok gmn @taufan? ******

Ok. ketemuan di Resto Kebun KCKBX lagi? @kamila
Nggak. aku mau ajak kamu ke kampusku di UBB. gmn @taufan? mau kan? ***

kampus? besok kan hari ahad, trus ngapain ke kampus @kamila?
karna besok hr ahad, aku gak ada kuliah, jd aku mau ajak kamu ke sebuah acara di kampus. Gmn @taufan, mau gak?

oke deh ^^. oia, mau aku jemput @kamila?
gak usah @taufan. langsung ketemuan di UBB aja jm 07.30. ok ^^

Siap bos @kamila! hehe ^^ C U
C U 2 @taufan

***

Hari ke-15 sejak pertemuan mengesankan di Resto Kebun KCKBX. Pertemuan mereka yang ke dua kalinya. Kamila mengajak Taufan menonton pertunjukan teater kampus.

"Duh, kenapa Taufan belum datang juga ya? Padahal kan sekarang udah jam 07.43, apa dia nyasar?" batin Kamila, resah, sambil terus menerus melirik arloji di lengannya.

"Mil, Mila. Maaf aku terlambat. Acaranya udah mulai, ya?"

"Akhirnya kamu datang juga, Taufan. (senyum) Iya gapapa, belum mulai kok acaranya. Justru aku takut kamu nyasar. hehe,,,"

"Eh,,, enggak kok. Aku gak nyasar. Tadi ketemu 'teman lama' di depan, gak enak, jadi aku ngobrol sebentar sama dia," jelas Taufan. (Tenang teman, teman lamanya bukan Andara kok. hehe ^^)

"Ya udah gapapa, yuk ah masuk. Udah mau dimulai acaranya." Bergegas Kamila dan Taufan masuk ke ruang teater.

@Ruang Teater UBB

"Mila,,, Kamila,,, sini!" Panggil seseorang dari baris kursi ke dua penonton, Rain. Yang dipanggil langsung menghampiri, mendekat.

"Hei, Rain, udah stand by aja nih. Hehe,,, oia kenalin,,, Ini Taufan, dia..."

"Pacar kamu ya? Ayo,,, cie cie,,,!" Goda Rain genit, langsung memotong kalimat Kamila.

(dalam hati) "Bukan,,, bukan pacar, tapi JODOH. Amin." benak Taufan dan Kamila bersamaan. Bahkan tak sadar keduanya melakukan gerak yang sama, menggaruk kepala yang tak gatal. (senyum salting) *wkwkwk,,, temen2 bisa bayangin deh gimana raut wajah mereka ^^.

"Apa sih, Rain. Udah ah, yuk nonton." balas Kamila cepat, malu dengan muka saltingnya sendiri.

***

Flashback End
###

Hari ke-29 sejak pertemuan mengesankan di Resto Kebun KCKBX. Setelah pertemuan ke dua yang tak kalah mengesankan, kini giliran Taufan yang menentukan tempat mereka bertemu.

"Emangnya kamu mau ajak aku ke mana sih, Fan?" Tanya Kamila sesampainya di Gang Rempong, tempat mereka janjian bertemu.

(sambil berjalan berdampingan, mulai memasuki gang) "Hmm,,, aku mau ajak kamu ke..."

"Ke mana?"

"Ke rumahku. Ya, ke rumahku. Aku ingin kenalin kamu sama keluargaku."

"Nge... ngenalin aku ke keluarga kamu???" belum purna keheranan Kamila, mereka sudah sampai di depan rumah Taufan. "Ya Allah, apa ini gak terlalu cepat." benak Kamila, bingung sekaligus senang. (Cieee,,, uhuy,,,^^)

"Eh,,, Fan!" Sapa seseorang (membuka pintu).

"Eh,,, Dhil. Baru aja gue mau buka pintu. Lu mau berangkat lagi, Dhil? Ini kan hari ahad. Istirahat dulu lah di rumah. Apa lu gak capek kerja tiap hari?"

"Ehmm,,, ehmm,,," Kamila yang merasa dicuekin, berdehem. (Kata lain berdehem apa ya? Bingung ane, pokoknya kyk pura2 batuk serak gitu deh)

Tersadar dengan maksud 'deheman' tadi, Taufan langsung memperkenalkan Kamila "ehh,,, iya. Dhil, kenalin, ini Kamila," dengan muka sedikit merasa bersalah karena sudah 'nyuekin' Kamila. (Ya ampun, Fan. Biasa aja kali, baru juga berapa menit dicuekin, takut bener 'Tuan Putri'nya marah. Hehe ^^)

"Kamila, kenalkan, ini Fadhil, adik aku."

"Hai Kamila!" Sapa Fadhil santai. "(senyum) Aku adik kembarannya Taufan." Lanjut Fadhil, paham dengan muka heran Kamila.

"Ohhh,,, pantes mukanya sama. Hehe," balas Kamila, sisa keheranan tadi masih terlihat di wajahnya. "Kamu gak pernah bilang punya adik kembar, Fan?"

"Hehe, justru itu, aku mau kasih kejutan buat kamu."

"Ya udah, Fan. Gue pergi dulu. Mumpung lu ada di rumah, 'nitip' eyang ya!"

"Beneran lu mau pergi, Dhil?"

"Iyaaa. Udah telat nih, gak enak, anak-anak dah pada nunggu.  Yuk ah, Kamila, Taufan, assalamu'alaikum!"

"Wa alaikumussalam" balas Taufan dan Kamila bersamaan.

Setelah Fadhil menghilang dari hadapan mereka, Taufan pun mengajak Kamila masuk ke dalam rumah.

"Yuk masuk, aku kenalkan sama eyang." Ajak Taufan. (Siapakah eyangnya? Yup, pasti semua bisa nebak, Eyang Tini. Hehe ^^)

... ... ...

"Assalamu'alaikum, eyang!" Berdua menghampiri eyang yang berada di ruang keluarga.

"Waalaikumussalam. Eh,, Taufan!" Lembut sang eyang membalas salam cucunya. (Hoho,,, di sini, eyang sayang banget sama cucu kembarnya ^^)

"Wanita cantik ini siapa?" tanya eyang heran sekaligus terpesona dengan wanita cantik di sebelah Taufan.

"Eyang, kenalkan. Ini Kamila (menunjuk Kamila). Kamila, ini eyang." Layaknya moderator, Taufan memperkenalkan keduanya.

"Halo, eyang." sapa Kamila lembut (senyum).

"Halo sayang. Ka..mi..la.. (pelan sang eyang mengulang nama Kamila). Nama yang cantik, secantik orangnya." Yang dipuji semakin tersipu malu. (aihhh,,, Kamilaaa,,, prikitiew,,,^^)

Taufan akhirnya ikut tersenyum mengamati percakapan Kamila dan eyangnya. Seolah tanpa komando, Kamila dan eyang langsung akrab detik itu juga dan ketiganya melanjutkan percakapan ringan di Ahad yang cerah pagi itu. Hari ke-29 sejak pertemuan mengesankan di Resto Kebun KCKBX.

1 jam 13 menit kemudian. Kamila mohon pamit, tidak enak terlalu lama bertamu di rumah yang baru pertama kali dikunjunginya itu. Tak lama setelah Taufan mengantar Kamila sampai depan Gang Rempong, menyetop taksi untuk Kamila, dan memandangi taksi yang ditumpangi Kamila hingga hilang dari pandangannya, Taufan kembali ke rumah.

Di dalam rumah.

"Eyang,,, mmm,,, Taufan mau bilang sesuatu sama eyang." ucap Taufan sedikit ragu, sambil setengah berdiri, menyeimbangi eyang yang sedang duduk dan memegang tangannya.

"Iya, sayang, kamu mau bilang apa? (senyum) memandang wajah Taufan dengan lembut. "Tentang wanita cantik tadi?" tebak eyang.

Ragu-ragu dan sedikit malu, Taufan akhirnya memberanikan diri berkata, "aku sayang dia, eyang. Aku sayang Kamila". (Huhu,,, so sweet... T_T)

Eyang pun mengangguk takzim, setuju sekaligus senang dengan pilihan cucunya itu. Sementara di lain tempat.

"Ka.. mi.. la.." ucap Fadhil tidak sadar.

"Woi,,, 'Kamila'. Siapa tuh! Cie,,," goda salah satu rekannya, membuyarkan lamunan Fadhil.

-=BERSAMBUNG=-

3 Cinta Dalam Satu Hati (2)

Episode Ke Dua

Hari ke 23 sejak pertemuan mengesankan di Resto Kebun KCKBX. Jangan harap ada pernyataan cinta. Apalagi 'kunjungan' pekanan yang biasa dilakukan muda-mudi zaman sekarang. Semua berjalan BIASA. Tapi tidak dengan hati-hati mereka. Tanpa perlu banyak tingkah apalagi kata-kata rayuan gombal, hati-hati mereka telah bersepakat "semoga dia jodohku". Sederhana, tapi sungguh sarat makna.

"Pagi, Pa, Ma!" Sapa Kamila sembari duduk untuk sarapan.

"Pagi, sayang!" Balas Papa Tama dan Mama Ambar hampir bersamaan.

(Dalam fanfic ini, yang menjadi ortu Kamila adalah Papa Tama dan Mama Ambar ^^)

"Kamu udah mulai kuliah lagi, Mila?" Tanya Mama Ambar memulai percakapan.

"Iya, Ma. Udah mulai semester baru. Doakan Kamila ya, Ma, Pa!" (senyum)

"Tentu dong, sayang." Balas Papa Tama disertai senyuman bijaknya. (Hoho,,, jadi kangen senyumnya Papa Tama ^^)

14 menit kemudian, Kamila sudah selesai dengan sarapannya dan bersiap menuju kampus tercinta. Universitas Bebas Berekspresi (UBB), Jurusan Kedokteran Sarap. Butuh waktu 27 menit untuk sampai di kampus. Segera setelah sampai, Kamila bergegas menuju kelas. Tak berapa lama, seorang dosen masuk dan kuliah pun dimulai.

@ Ruang Kuliah UBB

"Selamat pagi!"

"Pagi, Pak!"

"Apa kabar semuanya? Semoga semua dalam kondisi yang semangat karena kita akan mulai belajar mengenai segala sesuatu terkait penyakit sarap. Jadi, saya harap rekan-rekan mempersiapkan diri dengan baik. Ok!" Penuh semangat sang dosen memulai perkuliahan.

###
"Rain, kayaknya aku dah pernah liat orang itu deh. Dimana ya?" Tanya Kamila, membuyarkan lamunan Rain, sahabat seperjuangan di UBB.

"Eh,,, Eng,,, apa? Kamu nanya apa tadi?" Balas Rain kaget.

"Iihh,,, Rain. Kamu kenapa sih? Tadi aku bilang, kayaknya aku dah pernah liat itu dosen. Tapi dimana ya?"

"Meneketehe. Wong aku aja baru liat. Hehe. Eh,,,Mil, liat deh, dia cakep bangeeet. Hoho,,, sukaaa." (muka melongo)

"Raaiinnn,,, apaan sih. Biasa aja kali!" Sedikit malas Kamila menanggapi komentar Rain tentang dosen mereka yang satu ini. "Taufan lebih ganteng, tau!" Batin Kamila (senyum). *Cieee,,, uhuyyy,,,^^
###

"Baik, karena ini hari adalah hari pertama kuliah di semester baru dan sebagian rekan-rekan  barangkali ada yang belum mengenal saya. Untuk itu, saya akan memperkenalkan diri terlebih dahulu. (Eng... Ing... Eng... Siapakah dia??? Yap,,,) Nama saya Boy, lengkapnya Boy Hamzah." Dengan tenang sang dosen memperkenalkan diri sembari mengedarkan pandangannya ke seluruh isi kelas, mengamati mahasiswanya satu persatu.

"Sebelum masuk ke materi kuliah, ada yang ingin bertanya dulu?"

"Ada, Pak! Saya!" Penuh semangat Rain mengangkat tangannya. "Hmm,,, bapak udah nikah apa belum?"

"Huuuuuuuuuuu,,,," sontak seisi kelas menyoraki Rain. Tapi yang disoraki malah asik senyum-senyum sendiri, tidak terpengaruh. Hehe ^^

"(senyum) mau nya udah apa belum?" Yang ditanya malah balik tanya, tertawa renyah. "Hehe,,, Belum kok. Saya maa..." Kalimat sang dosen terputus sekian detik demi melihat sosok di sebelah mahasiswa yang bertanya tadi.

"Saya masih single kok. Ok. Saya rasa cukup ya perkenalannya. Kita mulai kuliah." Kikuk sang dosen merampungkan kalimat terputusnya tadi, salah tingkah. "Cantik," batinnya singkat.

... ... ...

***

"Assalamu'alaikum, Wi!" (ketok pintu).

"Waalaikumussalam. (buka pintu) Eh,,, Kak Boy."

"Malem adikku sayang." Sapa Boy hangat, lantas merangkul adiknya tercinta masuk ke dalam rumah.

Di dalam rumah.

"Tadi gimana di sekolah? Lancar?"

"Alhamdulillah lancar, kak. Oia, tadi juga aku ikutan les bahasa Inggris, lho."

"Les bahasa Inggris?" bertanya heran dengan jidat sedikit mengkerut.

"Iya, kak. Hmm,,, tenang aja, kak. Lesnya gratis kok," jelas Wiwi, mengerti dengan raut muka heran kakaknya. "Hoaaammm,,, Wiwi tidur duluan ya, kak. Udah ngantuk banget."

"Oh,,, iya sayang. Met tidur ya!' Balas Boy singkat, enggan melanjutkan percakapan.

***

Keesokan harinya.

"How are you? ayo, ikuti kata-kata kakak. "How... are... you..."

"How... are... you..." semangat anak-anak panti asuhan menirukan perkataan mentor yang ada di depan mereka.

"Bagus. How are you itu artinya apa kabar. Jadi kalo adik-adik semua ketemu orang dan ingin menanyakan kabar, bilangnya 'how are you'." Penuh semangat sang mentor mengajarkan percakapan dalam bahasa Inggris.

"Hmm,,, kalo aja Kak Boy pinter bahasa Inggris kayak mentor itu." benak Wiwi, teringat kakaknya yang cuma pinter dalam menangani penyakit sarap. (tersenyum)

-= BERSAMBUNG=-

3 Cinta Dalam Satu Hati

Episode Pertama

_On Twitter Conversation_

Met malem @kamila ^^ * **** ***
Met malem juga @taufan ^^ **** *****

lagi ngapain @kamila? ^^
lagi duduk. @taufan hehe ^^

hehe,,, kamu bisa aja becandanya. Hmm,,, jujur aku makin penasaran sama kamu. kita udah lama kenal, tapi belum pernah sekali pun ketemu. aku ingin ketemuan. bisa @kamila? ******
hmm,,, boleh. @taufan  ^^ ********

kapan, dimana, jam berapa? @kamila
hari minggu besok, di resto Kebun KCKBX, jam 9. Gmn @taufan? Aku nanti pake dress merah.

okeh @kamila. nanti aku pake jaket kulit ya ^^. (alahhh,,, jadi inget Andargen, gak jadi, hapus lagi!)

okeh @kamila. nanti aku pake kaos biru celana jeans ^^. (ini baru yang bener ^^, btw, bajunya warna2an begini, kyk mau pemilu???^^)
sip @taufan. ^^ *** ***

(All, maaf ya kalo conversationnya agak2 geje, ane bukan pengguna twit, jd bingung nulis dialognya gmn. hehe ^^)

***

"Upss,, auw!" Saking girangnya, tanpa sadar Kamila jatuh dari tempat tidurnya.
"(senyum) Akhirnya,,, Taufan, Taufan. Udah dari dulu kali aku penasaran sama kamu. Jadi gak sabar nunggu hari minggu besok. Gimana ya mukanya Taufan? Hmm,,," batin Kamila dengan muka penuh kebahagiaan.

Ini kali pertama Kamila dan Taufan bertemu sejak pertemanan itu terjalin satu tahun lalu. Ya, mereka asalnya hanya teman di dunia maya. Kamila merasa nyaman dengan sosok Taufan yang akhirnya menjadi teman curhatnya di dumay. Pertemanan yang mengalir tanpa peduli ke mana arus membawanya. Adalah beberapa kali mereka mencoba untuk bertemu. Namun, tidak pernah kesampaian karena satu sama lain hanya membatin dengan keinginan itu. Sampai akhirnya Taufan memberanikan 'jari' mengetik "Hmm,,, jujur aku makin penasaran sama kamu. kita udah lama kenal, tapi belum pernah sekali pun ketemu. aku ingin ketemuan. bisa? ******". Bagai arus sungai menemukan muaranya, Kamila tanpa ragu mengiyakan ajakan Taufan.

***

@Resto Kebun KCKBX

09.13 AM
Taufan sudah duduk manis di salah satu meja Resto Kebun KCKBX. Menunggu dengan hati yang berbunga sekaligus cemas karena sudah lewat 13 menit dari waktu yang dijanjikan, sosok yang ditunggunya belum juga datang. Sejak tadi, matanya tidak lepas dari mengedari seluruh ruangan resto, mencoba mencari sosok yang sesuai dengan ciri-ciri Kamila. Tidak ada.

"Mungkin macet." Benak Taufan, mencoba menghibur diri.

Dan,,, eng... ing... eng...

"Taa.. ta.. taufan?" Sedikit ragu Kamila memanggil sosok yang ada di hadapannya kini. (Jangan bayangin ngomongnya kayak Aziz Gagap ya, nanti romantisnya ilang. Hehe ^^)

"Ka...mila? (perlahan menjulurkan tangan). Iya, ini aku Taufan (senyum)."

"(senyum) Taufan. Akhirnya kita ketemu juga." (bayangin deh senyum mereka berdua,,, uhuy ^^)

"Silakan, Mila." Sedikit ragu Taufan menyuruh Kamila duduk, masih shock mengenali sosok yang ada di hadapannya kini. "(dalam hati) Gile ni cewek, cantik bener!"

"Ganteeenggg,,, " Teriak Kamila yang tentu saja dalam hati juga.
(mau tau seberapa girang Kamila ketemu Taufan??? bayangin aja Mak Wo ketemu Vanno beneran, begitulah perasaan hati Kamila sekarang ^^ Hehe)

Lima menit pertama.

Taufan: "Ya Allah, ni manusia apa boneka sih? Apa bidadari ya? Cantiknyaaa...."

Kamila: "Senyumnya,,, OMG,,, manis banget. Lebih ganteng dari Sule." (ya iyalah Mila, please deh!)

Mereka hanya membenak dalam hati masing-masing. Berdialog dalam diam. Membiarkan diri, 'menikmati' keterkejutan satu sama lain. Sampai akhirnya...

Taufan: "Ehm,,, ehm,,, mau pesen apa, Mila?" Tanya Taufan mengakhiri 'dialog diam' mereka, kikuk.

Kamila: "Hmm,,, Aku mau Jus..."

Taufan: "Semangka." Dengan cepat Taufan memotong kalimat Kamila, tertawa ringan.

Kamila: "Hehe,,, yup, jus semangka." Ikut tertawa, sadar, Kamila pernah bilang ke Taufan bahwa dia paling suka dengan jus semangka.

Taufan: "Mbak, mbak,,," teriak Taufan memanggil pelayan resto. (Ayo,,, siapa yang mau jadi pelayannya??? Lumayan loh ketemu OT. Hehe ^^)

Pelayan: "Iya mas, mau pesen apa?"

Taufan: "Saya pesan 2 jus semangka dan ..."

Kamila: "Pisang Goreng Keju." Kini giliran Mila yang memotong kalimat Taufan. Tertawa.

Taufan: "iya mbak, Pisang Goreng Keju untuk 2 orang juga." Tersenyum sumringah.
    "ternyata dia juga inget makanan kesukaan aku." batinnya senang.

Pelayan: "Baik, Mas. Tunggu sebentar ya."

Taufan: "Iya, Mbak."

Pelayan itu pun pergi meninggalkan mereka berdua yang masih terlihat salah tingkah.

Taufan: "Eh, kamu gak apa-apa kan aku pesenin Pisang Goreng Keju?" Tanya Taufan saat ingat, dia     belum menawarkan makanan kepada Mila.

Kamila: "iya gapapa. Lagi pula, aku juga penasaran sama makanan kesukaan kamu itu. Hehe.
    Oia, maaf aku tadi datang terlambat. Tadi ada gangguan teknis pas mau berangkat.

Taufan: "Ganguan teknis? Mobil kamu mogok?" Tebak Taufan ngasal.

Kamila: "Iya, tadi mobil aku mogok. Akhirnya aku cari taksi. Eh, pas taksinya udah ada, ada orang     yang malah masuk duluan. Bilang dia lagi buru-buru. Sebel banget deh. Padahal aku kan yang 'nyetop' duluan. Huh'."

Taufan: "(masih senyum), oh gitu. Ya, gapapa."

Kamila: "Kenapa?"

Taufan: "Kenapa apa?"

Kamila: "Kok senyum-senyum gitu?"

Taufan: "Eh,, mmm,,, ga papa kok." Jawab Taufan salah tingkah.

Dan bla,,, bla,,, bla,,, (ekspresikan sendiri oleh teman2, bagaimana dialog selanjutnya ^^ Hehe,,,)

***
Gunung kecanggungan pun mulai mencair di antara keduanya. Kekaguman. Itulah kesan pertama pertemuan mereka. Bagaimana kisah selanjutnya? Nantikan episode ke duanya. Segera.

Coz, It just has begun, guys!

-= BERSAMBUNG =-

Selamat Datang di Negeri Seribu Kata

Assalamu'alaikum.

Selamat datang di Negeri Seribu Kata!
Di sini, aku hanya ingin berbagi. Ada banyak kisah di Negeri Seribu Kata ini.
Mungkin kawan suka, mungkin juga tidak.

Kisah-kisah ini memang umum. Untuk siapa saja yang mau belajar.

Terima kasihku untuk Allah yang telah memberi kehidupan.
Hingga banyak yang bisa kusaksikan
Hingga akhirnya banyak diantaranya yang bisa kukisahkan.

Jangan dibaca setengah, bacalah utuh
Supaya hikmah bisa benar-benar menyentuh.

Negeri Seribu Kata.
_Qhaisar Rain_